Sampai saat ini masih ada
sebagian dari umat Islam menganggap sholat hanya semata-mata sebagai suatu
ritualitas dalam agama yang amalnya akan bermanfaat kelak dihari kiamat selaku
penolong dalam menghadapi siksaan Allah. Padahal pendapat yang demikian ini
tidak sepenuhnya dapat dibenarkan, sebab manusia ini memiliki dua kehidupan
yang seimbang; yaitu kehidupan masa sekarang atau alam duniawi dan kehidupan
masa yang akan datang atau alam akhirat.
Tuhan tidak akan memberikan
sesuatu yang sifatnya tidak seimbang, karena itu juga perintah Sholat tidak hanya
berfungsi dimasa depan semata namun sebaliknya memiliki kegunaan yang vital
bagi manusia dalam menjalani hari-hari kehidupannya dimasa kehidupan yang
sekarang.
Sesungguhnya, sholat itu
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar
Qs. 29 al-ankabut : 45
Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, didalam diri manusia terdapat dua unsur yang saling
tarik-menarik sehingga menjadikan jiwa condong kesalah satu diantaranya. Unsur
tersebut adalah nilai-nilai positip (unsur malaikat) dan nilai-nilai negatif
(unsur setan).
Jika kamu berbuat baik,
maka kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka
itu juga untuk dirimu sendiri - Qs. 17 al-israa’ : 7
Ritualitas sholat
dinyatakan didalam al-Qur’an pada ayat tersebut sebagai suatu sarana atau wadah
untuk mengontrol perbuatan negatif yang seringkali mendominasi diri manusia.
Dengan terjalinnya komunikasi yang baik dengan Tuhan secara vertikal maka
diharapkan secara horisontalpun manusia mampu berbuat baik kepada sesamanya
bahkan lebih jauh kepada semua hamba Tuhan diluar dirinya.
Namun fakta dilapangan juga
membuktikan bahwa banyak orang Islam yang rajin melakukan sholat namun kelakuan
dan sifatnya justru tidak sesuai dengan kehendak Tuhan yang ada pada surah
al-Ankabut ayat 45 tadi, betapa banyak orang yang kelihatannya rajin sholat
namun tetap bergunjing, melakukan zinah, pelecehan seksual, bahkan bila dia
seorang penguasa yang memiliki jabatan akan memanfaatkannya untuk menganiaya
orang lain, melakukan penindasan, korupsi bahkan sampai pada pembunuhan dan
peperangan. Inilah contoh manusia yang telah lalai dalam sholat mereka.
Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang sholat
Yaitu orang-orang yang
melalaikan sholatnya
Qs. 107 al-maa’uun : 4-5
Bila sudah seperti ini,
maka kita patut memperhatikan firman Allah yang lain :
Luruskan mukamu di setiap
sholat
dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan keta'atanmu kepada-Nya - Qs. 7 al-a’raaf 29
Dari ayat tersebut, Allah
hendak menyampaikan kepada manusia bahwa sholat itu memerlukan sikap lahir dan
batin yang saling berkolerasi atau berhubungan. Meluruskan muka adalah
memantapkan seluruh gerakan anggota tubuh dan menyesuaikannya dengan
konsentrasi jiwa menghadap sang Maha Pencipta alam semesta. Disaat mulut
membaca al-Fatihah, hati harus mengikutinya dengan sebisa mungkin memahami
secara luas arti al-Fatihah sementara pikiran berkonsentrasi dengan gerak mulut
dan hati, inilah keseimbangan yang di-istilahkan dengan khusuk dalam ayat
berikut :
Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, Yaitu orang-orang yang khusuk dalam sholatnya - Qs.
23 al-mu’minuun : 1-2
Jadi, khusuk adalah suatu
perbuatan yang menyeimbangkan gerak lahir dan batin, sehingga terciptalah suatu
konsistensi ketika ia diterapkan dalam kehidupan nyata, sesuai dengan komitmen
yang dilafaskan dalam do’a iftitah :
Katakanlah: Sesungguhnya
sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam
- Qs. 6 Al-An'am:162
Akhirnya sholat merupakan
ritualitas multi dimensi yang semuanya mengarah kepada sipelakunya sendiri agar
mendapat kebaikan, baik dalam hal mengontrol diri ketika masih hidup didunia
maupun menjadi amal yang membantu saat penghisaban dihari kiamat kelak.
Lalu siapakah yang lebih
baik agamanya selain orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah sedang
diapun mengerjakan kebaikan ? - Qs. 4 an-Nisaa': 125