Anderson dan Clancy (1991)
mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai:
“feedback from the accountant to management that provides information
about how well the action represent the plans; it also identifies where managers
may need to make corrections or adjustments in future planning and controlling
activities.”
Sementara
itu, Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (1997) mendefinisikan pengukuran
kinerja sebagai: “the activity of
measuring the performance of an activity or the entire value chain.”
Dari
definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai
nilai yang ada pada perusahaan. Hasil
pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan
informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana
perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan
pengendalian.
Tujuan
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja mempunyai tujuan
pokok yaitu untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan
dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Adapun
tujuan umum pengukuran kinerja adalah:
1.
untuk menentukan kontribusi suatu bagian dari perusahaan terhadap organisasi
secara keseluruhan.
2. memberikan dasar untuk mengevaluasi kinerja
masing-masing manajer.
3.
memotivasi para manajer untuk mengoperasikan divisinya secara konsisten sehingga
sesuai dengan tujuan pokok perusahaan.
Untuk itu
sistem pengukuran kinerja harus memenuhi tuntutan sebagai berikut:
1. Sistem tersebut
harus mencerminkan pemahaman organisasi yaitu sistem pengukuran kinerja harus
memonitor kinerja organisasi dan menggiring kinerja dalam tujuan utama
organisasi.
2. sistem
pengukuran kinerja harus mengukur aspek kritis yang penting atau
perbedaan-perbedaan dari kinerja organisasi untuk mencapai tujuan utama.
Manfaat Pengukuran Kinerja
a)
Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga
akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang
dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan;
b)
Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai
bagian dari mata-rantai pelanggan dan pemasok internal;
c)
Mengidentifikasi
berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap
pemborosan tersebut (deduction of waste);
d)
Membuat
suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga
mempercepat proses pembelajaran organisasi;
e)
Membangun
konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi “reward” atas perilaku
yang diharapkan tersebut.
Karakteristik
Sistem Pengukuran Kinerja
Dengan munculnya bebagai paradigma
baru di mana bisnis harus digerakkan oleh customer-focused, suatu sistem
pengukuran kinerja yang efektif, paling tidak harus memiliki syarat-syarat
sebagai berikut:
a.
Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik
organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan;
b.
Evaluasi atas berbagai aktivitas, mengggunakan
ukuran-ukuran kinerja yang customer-validated;
c.
Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang
mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif;
d.
Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota
organisasi mengenali masalah-masalah yang mempunyai kemungkinan untuk
diperbaiki.