Dalam sejara, kerajaan muna berdiri sejak
abad 14. bahkan salah satu raja buton adlah dari muna (lakilaponto)raja muna.
kerajaan muna lebih dulu berdiri dibanding kerajaan buton.
Menurut sejarah nenek moyangku rumah
adat suku muna Sy tdk setuju kalo dikatakan muna bagian dari kerajaan buton.
kerajaan muna lebih dulu berdiri dari kerajaan buton.
sebagian raja muna
menjabat juga sebagai raja/sultan di buton.Dan pada akhirnya silsilah keluarga
raja/sultan di buton juga berasal dari kerajaan muna. Silsilah kerajaan muna
berasal dari kerajaan luwu di sulawesi selatan. (semua ada hubungan dengan
cerita sejarah lagaligo yg saat ini terkenal di indonesia). Jadi Pada awalnya
kerajaan luwu terdampar dengan sebuah kapal sawerigadi di muna dan membuat
perabdaban baru di muna. Perabdaban ini menyebar ke pulau buton dan akhirnya
mendirikan kekuasaan baru disana.
Sebuah kerajaan di kendari juga berasal
dari muna. di kisahkan ada seorang raja dari muna yg mendirikan kerajaan di
kendari dan memerintah selama 8 hari. Sehingga di juluki raja alu gholeo (8
hari). Inilah yg menjadi cikal bakal penamaan UNHALU, Universitas Haluoleo.
Sebenarnya muna dan buton itu satu.
layaknya kesultanan mataram jogja dan kesultanan solo. hanya karena terdapat
beberapa perbedaan paham dan politik pada zaman itu. Bagaimanapun kerajaan muna
itu lebih tua. Salah satu bukti nya adalah pada corak kain tenun kedua daerah.
Corak kain tenun buton dan muna itu sama, tetapi ada 1 perbedaan warna pada
warna kuning. Muna berwarna kuning tua sedangkan buton berwarna kuning muda.
Yang melambangkan buton kerajaan morangku atau kerajaan yang lebih muda dari
kerajaan muna.
Semoga perbaikan ini bermanfaat bagi
kita semua. mari pertahankan sejarah kebudayaan di Sulawesi Tenggara.
Anjungan
atau bangunan induk anjungan mengambil bentuk Istana Sultan Buton (disebut
Malige) yang megah. Meskipun didirikan hanya dengan saling mengait, tanpa tali
pengikat ataupun paku, bangunan ini dapat berdiri dengan dengan kokoh dan megah
diatas sandi yang menjadi landasan dasarnya. Patung dua ekor kuda jantan yan
sedang bertarung, pelengkap bangunan, menggambarkan tradisi mengadu kuda dari
Pulau Muna yang digemari masyarakat Sulawesi Tenggara. Di Taman Mini Indonesia
Indah, anjungan Sulawesi Tenggara terletak di sebelah tenggara arsipel,
bersebelahan dengan anjungan Sulawesi Selatan serta berhadapan dengan istana
anak-anak Indonesia.
Dalam memperkenalkan daerahnya propinsi
Sulawesi Tenggara menampilkan bangunan induk yang merupaka tiruan dari istana
raja Buton yang disebut Malige. Bangunan ini sengaja ditampilkan karena
bangunan yang asli masih ada di pulau Buton serta merupakan satu peninggalan
budaya yang bersejarah. Di halaman anjungan dilengkapi dengan patung-patung
orang berpakaian adat antara lain dari daerah Buton, Muna, Kendari dan Koloka.
Juga patung 2 ekor kuda jantan yang sedang berlaga, memperebutkan kuda betina.
Adegan in menggambarkan Pogerano Ajara, jenis aduan kuda khas Sulawesi
Tenggara, dan merupakan permainan raja-raja. Selain Anoa, Rusa dan lain-lain.
Rumah adat Buton atau Buton merupakan bangunan di atas tiang, dan seluruhnya dari bahan kayu. Banguanannya terdiri dari empat tingkat atau empat lantai. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua. Sedangkan lantai keempat lebih besar dari lantai ketiga, jadi makin keatas makin kecil atau sempit ruangannya, tapi di lantai keempat sedikit lebih melebar.
Seluruh bangunan tanpa memakai paku dalam pembuatannya, melainkan memakai pasak atau paku kayu. Tiang-tiang depan terdiri dari 5 buah yang berjajar ke belakang sampai delapan deret, hingga jumlah seluruhnya adalah 40 buah tiang. Tiang tengah menjulang ke atas dan merupakan tiang utama disebut Tutumbu yang artinya tumbuh terus. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu wala da semuanya bersegi empat. Untuk rumah rakyat biasa, tiangnya berbentuk bulat. Biasanya tiang-tiang ini puncaknya terpotong. Dengan melihat jumlah tiang sampingnya dapat diketahui siapa atau apa kedudukan si pemilik. Rumah adat yang mempunyai tiang samping 4 buah berarti rumah tersebut terdiri dari 3 petak merupakan rumah rakyat biasa. Rumah adat bertiang samping 6 buah akan mempunyai 5 petak atau ruangan, rumah ini biasanya dimiliki oleh pegawai Sultan atau rumah anggota adat kesultanan Buton. Sedangkan rumah adat yang mempunyai tiang samping 8 buah berarti rumah tersebut mempunyai 7 ruangan dan ini khusus untuk rumah Sultan Buton.
Adapun
susunan ruangan dalam istana ini adalah sebagai berikut:
1
Lantai pertama terdiri dari 7 petak atau ruangan, ruangan pertama dan kedua
berfungsi sebgai tempat menerima tamu atau ruang sidang anggota Hadat Kerajaan
Buton. Ruangan ketiga dibagi dua, yang sebelah kiri dipakai untuk kamar tidur
tamu, dan sebelah kanan sebagai ruang makan tamu. Ruangan keempat juga dibagi
dua, berfungsi sebgai kamar anak-anak Sultan yang sudah menikah. Ruang kelima
sebgai kamar makan Sultan, atau kamar tamu bagian dalam, sedangkan ruangan
keenam dan ketujuh dari kiri ke kanan diperguakan sebagai makar anak perempouan
Sultan yang sudah dewasa, kamar Sultan dan kamar anak laki-laki Sultan yang
dewasa.
Di
anjungan Sulawesi Tenggara, lantai pertama ini konstruksi atau susunan ruangan
sudah diubah sesuai dengan keperluan, sebagi pameran dan peragaan aspek
kebudayaan daerahnya. Di sini dipamerkan pakaian kebesaran tradisional raja
Kendari beserta permaisurinya, juga pakaian kebesaran raja Muna,panglima perang
atau Kapitalao, menteri besar atau Banto Balano dan Pasi yakni petugas pengurus
benda pusaka kerajaan. Semuanya dipamerkan dengan bentuk boneka berpakaian
tradisional tersebut. Di ruanga inipun dioamerkan berbagai jenis hasil
kerajiana perak Kendari, kerajinan anyaman-anyaman, tenunan serta benda-benda
pusaka, beberapa goci dan berbagai binatang yang telah diawetkan seperti penyu,
burung Meleo, penyu bersisik, biawak, enggang dan lain-lain.
2
Lantai kedua dibagi menjadi 14 buah kamar, yaitu 7 kamar di sisi sebelah kanan
dan 7 kamar di sisi sebelah kiri. Tiap kamar mempunyai tangga sendiri-sendiri
hingga terdapat 7 tangga di sebelah kiri dan 7 tangga sebelah kanan, seluruhnya
14 buah tangga. Fungsi kamar-kamar tersebut adalah untuk tamu keluarga, sebagai
kantor, dan sebagai gudang. Kamar besar yang letaknya di sebelah depan sebagai
kamar tinggal keluarga Sultan, sedangkan yang lebih besar lagi sebagai Aula.
3
Lantai ketiga berfungsi sebagai tempat rekreasi
4
Lantai keempat berfungsi sebagai tempat penjemuran. Disamping kamar bangunan
Malige terdapat sebuah banguan seperti rumah panggung mecil, yang dipergunakan
sebagai dapur, yang dihubungakan dengan satu gang di atas tiang pula. Di
anjungan bangunan ini di[pergunakan sebagai kantor anjungan. Pada bangunan
Malige terdapat 2 macam hiasan, yaitu ukira naga yang terdapat di atas bubungan
rumah, serta ukiran buah nenas yang tergantung pada papan lis atap, dan dibawah
kamar-kamar sisi depan. Adapun kedua hiasan tersebut mengandunga makna yang
sangat dalam, yakni ukiran naga merupakan lambang kebesaran kerajaan Buton. Sedangkan
ukiran buah nenas, dalam tangkai nenas itu hanya tumbuh sebuah nenas saja,
melambangkan bahwa hanya ada satu Sultan di dalam kerajaan Buton. Bunga nenas
bermahkota, berarti bahwa yang berhak untuk dipayungi dengan payung kerajaan
hanya Sultan Buton saja. Nenas merupakan buah berbiji, tetapi bibit nenas tidak
tumbuh dari bibit itu, melainkan dari rumpunya timbul tunas baru. ini berarti
bahwa kesultanan Buton bukan sebagai pusaka anak beranak yang dapat diwariskan
kepada anaknya sendiri. Falsafah nenas in dilambangakan sebagai kesultanan
Buton, dan Malige Buton mirip rongga manusia.
Anjugan daerah Sulawesi Tenggara dibangun sejak tahun 1973 dan diresmikan pengggunaannya pada tahun 1975.
Anjugan daerah Sulawesi Tenggara dibangun sejak tahun 1973 dan diresmikan pengggunaannya pada tahun 1975.
Bertindak
sebagai perancang terutama pada bangunan induknya adalah orang-orang adat dari
bekas kesultanan Buton. Pada halaman anjungan terdapat arena pertunjukan dengan
latar belakang relief, yang menggambarkan kebudayaan di Sulawesi Tenggara. Di
arena inilah pada hari Minggu atau hari libur dipagelarkan kesenian tradisional
seperti tari-tarian antara lain tari Kalegoa, tari Lariangi, tari Balumpa, tari
Malulo dan lain-lain. Jenis tarian terakhir merupakan tarian pergaulan yang
ditarikan dengan membentuk suatu lingkaran, bila besarnya lingkaran telah
mencapai lebar arena, dibentuk lagi lingkaran baru di dalamnya, begitu
seterusnya sehingga membentuk lingkaran yang berlapis-lapis karena semakin
banyak orang yang melibatkan diri ikut menari tarian Malulo ini. Selain itu
juga ditampilkan musik lagu-lagu daerah, dan diwaktu-waktu tertentu dipamerkan
makanan-makanan khas daerah Sulawesi Tenggara ataupun karnaval tradisional.
Anjungan daerah Sulawesi Tenggara telah menerima kunjungan tamu negara pada
tanggal 1 Mei 1983 yakni istri P.M Jepang, Ny. Tautako Nakasone dan pada tanggal
10 November 1984 berkunjung pula istri P.M. Thailand, Ny. Virat Chomanan-
(TMII)