KOMITMEN DALAM PEMBENTUKAN ORGANISASIONAL

Mowday et. al. (1982) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai: the relative strength of an individual's identification with and involvement in a particular   organization.   Definisi   tersebut   menunjukkan   bahwa   komitmen organisasi memiiki arti lebih dari sekedar loyalitas yang pasif, tetapi melibatkan hubungan  aktif  dan  keinginan  karyawan  untuk  memberikan  kontribusi  yang berarti pada organisasinya.
Komitmen organisasi yang dikemukakan oleh Mowday et. al. ini memiliki cirri-ciri, yaitu: (1) belief yang kuat serta penerimaan terhadap tujuan dan nilai organisasi; (2) kesiapan untuk bekerja keras; serta (3) keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi. Komitmen ini tergolong komitmen sikap atau afektif karena berkaitan dengan sejauhmana individu merasa nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi. Semakin besar kongruensi antara nilai dan tujuan individu dengan nilai dan tujuan organisasi maka semakin tinggi pula komitmen karyawan pada organisasi.
Mowday et. al. (1982) mengemukakan bahawa komitmen organisasi terbangun  apabila  masing-masing  individu  mengembangkan  tiga  sikap  yang saling berhubungan terhadap organisasi dan atau profesi, yang antara lain adalah :
1.   Identifikasi (identification), yaitu pemahaman atau penghayatan terhadap tujuan organisasi.

2.   Keterlibatan (involvement), yaitu perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaan bahwa pekerjaan tersebut adalah menyenangkan.

3.   Loyalitas  (loyality),  yaitu perasaan  bahwa  organisasi  adalah  tempatnya bekerja dan tinggal.

Komitmen organisasi dikemukakan oleh Allen dan Meyer (1990) dengan tiga  komponen  organisasi  yaitu:  komitmen  afektif  (affective  commitment), komitmen kontinuans (continuance commitment), dan komitmen normative (normative commitment). Hal yang umum dari ketiga komponen komitmen ini adalah dilihatnya komitmen sebagai kondisi psikologis yang menggambarkan hubungan individu dengan organisasi dan mempunyai implikasi dalam keputusan untuk meneruskan atau tidak keanggotaannya dalam organisasi. Definisi dan penjelasan dari setiap komponen komitmen organisasi adalah sebagai berikut :
1.    Komitmen afektif mengarah pada the employee's emotional attachment to, identification with, and involvement in the organization. Hal ini berarti, komitmen afektif berkaitan dengan keterikatan emosional karyawan, identifikasi karyawan pada, dan keterlibatan karyawan pada organisasi. Dengan demikian, karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan terus bekerja dalam organisasi karena mereka memang ingin (want to) melakukan hal tersebut.
2.    Komitmen kontinuans berkaitan dengan an awareness of the costs associated with leaving the organization. Hal ini menunjukkan adanya pertimbangan untung rugi dalam diri karyawan berkaitan dengan keinginan untuk tetap bekerja atau justru meninggalkan organisasi. Komitmen kontinuans sejalan dengan   pendapat   Becker,   yaitu   bahwa   komitmen   kontinuans   adalah kesadaran akan ketidakmungkinan memilih identitas sosial lain ataupun alternatif tingkah laku lain karena adanya ancaman akan kerugian besar. Karyawan yang terutama bekerja berdasarkan komitmen kontinuans ini bertahan dalam organisasi karena mereka butuh (need to) melakukan hal tersebut karena tidak adanya pilihan lain.
3.    Komitmen  normatif  merefleksikan  a  feeling  of  obligation  to  continue employment.   Dengan   kata   lain,   komitmen   normatif   berkaitan   dengan perasaan wajib untuk tetap bekerja dalam organisasi. Ini berarti, karyawan yang memiliki komitmen normative yang tinggi merasa bahwa mereka wajib (ought to) bertahan dalam organisasi. Wiener (dalam Allen & Meyer, 1990) mendefinisikan komponen komitmen ini sebagai tekanan normatif yang terinternalisasi secara keseluruhan untuk bertingkah laku tertentu sehingga memenuhi tujuan dan minat organisasi. Oleh karena itu, tingkah laku karyawan didasari pada adanya keyakinan tentang “apa yang benar” serta berkaitan dengan masalah moral.
Menurut Greenberg dan Baron (1993), karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi adalah karyawan yang lebih stabil dan lebih produktif sehingga pada akhirnya juga lebih menguntungkan bagi organisasi. Mowday et. al. (1982) mengatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan lebih termotivasi untuk hadir dalam organisasi dan berusaha mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, Randall et. al. (dalam Greenberg & Baron, 1993) menyatakan bahwa komitmen organisasi berkaitan dengan keinginan yang tinggi untuk berbagi dan berkorban bagi organisasi. Di sisi lain, komitmen organisasi yang tinggi memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat absensi dan tingkat turnover (Caldwell et. al., 1990; Mowday et. al., 1982; serta Shore & Martin dalam Greenberg & Baron, 1993), juga dengan tingkat kelambanan dalam bekerja (Angle & Perry, 1981). Steers (1977) menyatakan bahwa komitmen berkaitan dengan  intensi  untuk  bertahan  dalam  organisasi,  tetapi  tidak  secara  langsung berkaitan dengan unjuk kerja karena unjuk kerja berkaitan pula dengan motivasi, kejelasan peran, dan kemampuan karyawan (Porter & Lawler dalam Mowday et. al. 1982).
Menurut  Michaels,1998  (dalam  Budiharjo,  2008),  ciri-ciri  komitmen organisasi sebagai berikut:
a)  Ciri-ciri komitmen pada pekerjaan: menyenangi pekerjaannya, tidak pernah melihat jam untuk segera bersiap-siap pulang, mampu berkonsentrasi pada pekerjaannya, tetap memikirkan pekerjaannya walaupun tidak dengan bekerja, dan sebagainya.
b) Ciri-ciri  komitmen  dalam  kelompok:  sangat  memperhatikan bagaimana orang lain bekerja, selalu siap menolong teman kerjanya, selalu berupaya untuk berinteraksi dengan teman kerjanya, selalu berupaya untuk berinteraksi dengan teman kerjanya, memperlakukan teman kerjanya sebagi keluarga, selalu terbuka pada kehadiran teman kerja baru, dan sebagainya.
c) Ciri-ciri  komitmen  pada  organisasi  (komitmen  pembelajaran organisasi), antara lain:
i. Selalu berupaya untuk mensukseskan organisasi

ii. Selalu mencari informasi tentang kondisi organisasi

iii. Selalu mencoba mencari komplementaris antara sasaran organisasi dengan sasaran pribadinya
iv. Selalu   berupaya   untuk   memaksimumkan   kontribusi   kerjanya sebagai bagian dari usaha organisasi keseluruhan
v. Menaruh perhatian pada hubungan kerja antar unit organisasi vi. Berfikir positif pada kritik dari teman-teman
vii. Menempatkan prioritas organisasi di atas departemennya

viii. Tidak melihat organisasi lain sebagai unit yang lebih menarik

ix. Memiliki keyakinan bahwa organisasinya memiliki harapan untuk berkembang
x. Berfikir positif pada pimpinan puncak organisasi

Artikel Terkait