CARA AGAR TERHINDAR DARI RASA IRI

Mari renungkan kisah yang satu ini dan pahami makna apa yang Anda dapat melakui kisah berikut: Titi dan Jeni adalah dua sahabat baik sejak mereka masih sama-sama duduk di bangku Sekolah Dasar. Persahabatan mereka berlanjut hingga keduanya membina rumah tangga masing-masing. Bahkan semenjak keduanya membangun biduk rumah tangga, tempat tinggal mereka saling berdekatan. Pertemanan mereka sudah diketahui banyak orang dan tak sedikit juga yang memujinya.

Sejak Titi dan Jeni masih kecil orangtua mereka mengenal dengan baik satu sama lain, dan hal itu juga terjadi diantara suami dan anak-anak mereka masing-masing. Hingga pada suatu hari, kota dimana tempat mereka tinggal dilanda musibah banjir. Untungnya kompleks perumahan Titi dan Jeni tidak terkena imbas dari banjir tersebut.

Melihat betapa malangnya korban-korban banjir yang ada, Jeni dan keluarga memutuskan untuk memberikan bantuan kepada mereka dan jumlahnya pun tidak sedikit. Rupanya kabar ini tersiar kepada orang-orang yang tinggal di sekitar kompleks tersebut. Sejak saat itu sikap dermawan Jeni dan keluarganya selalu dieluk-elukan oleh banyak orang.

Kini orang-orang selalu menomorsatukan Jeni tiap kali Jeni bersama Titi. Kedua sahabat ini memang selalu lengket satu sama lain walaupun sudah berkeluarga. Tapi lama-lama Titi merasa gerah karena orang-orang yang mendekatinya selalu mengeluk-elukan Jeni. Titi jadi sebal dan merasa bahwa dirinya biasa-biasa saja hingga muncul keinginan di hatinya untuk bisa diperlakukan seperti sebagaimana Jeni diperlakukan oleh banyak orang.

Perasaan iri itu muncul semakin lama semakin besar. Hingga pada suatu hari Titi benar-benar merasa muak dengan Jeni karena orang-orang semakin memuji kedermawanan sahabatnya itu dan seolah dirinya tak lagi dianggap. Titi merancangkan niat jahat kepada Jeni dan keluarganya dengan cara menyabotase rumah Jeni untuk dibakar. Dengan begitu habislah harta benda milik sahabatnya tersebut.

Setahun berlalu, peristiwa kebakaran rumah Jeni naik lagi ke permukaan. Pihak kepolisian menemukan fakta bahwa kasus kebakaran rumah Jeni adalah karena kesengajaan dan pelakunya adalah Titi. Mengetahui fakta tersebut pantas saja Jeni kaget. Ia merasa bingung, heran, sekaligus marah pada Titi. Persahabatan mereka mulai hambar bahkan telah rusak karena hal tersebut. Jeni tidak bisa menerima perlakuan sahabatnya tersebut.

Sobat+sukses, mungkin benar perkataan yang mengatakan bahwa dimana ada iri hati di situ ada perpecahan. Sikap iri yang negatif hanya membawa kita pada kemalangan, kerugian dan hal tidak baik lainnya. Rasa iri mampu membuat akal sehat seseorang menyimpang. Padahal, rasa iri dapat diredam dengan cara mensyukuri segala sesuatu yang ada dalam diri kita. Saat rasa iri hadir dalam benak dan otak Anda, segeralah ingat dan bersyukur betapa beruntungnya Anda hidup di dunia ini dan betapa beruntungnya Anda dengan apa yang Anda punya sekarang. Selain itu rasa iri hanya akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Jadi, kenapa harus iri?

Ada banyak kalimat2 doa dahsyat yang diajarkan kepada kita. Saya pernah membahasnya satu, kalimat doa yang sering dibaca oleh anak2 SD ketika memulai pelajaran di sekolah (Rabbish rahli sadri wa yasirli amri, dstnya). Kalimat itu dahsyat sekali--meski banyak yang tidak menyadarinya, bagaimana tidak, kalimat itu dipakai Musa saat harus menghadapi Fir'aun. Serumit apapun masalah kita, bertengkar, terjerat hutang, menghadapi bahaya, rasa-rasanya tidak ada yang bisa menandingi masalah Musa saat itu, beliau harus menghadapi Raja berkuasa penuh yang mengaku Tuhan.

Karena kali ini saya ingin membahas kalimat doa yang juga dahsyat. Sebuah kalimat yang juga digunakan dalam peristiwa menakjubkan.

Adalah Ibrahim As. menghadapi masalah serius, Raja Namrud menangkapnya, dan dia harus dihukum. Hukumannya tidak main-main, beliau akan dilemparkan ke dalam lautan api. Dibakar hidup-hidup. Saya kira, itu bukan api unggun biasa, Raja Namrud adalah raja besar dan berkuasa, dan jelas dia jengkel sampai ubun2 kepada Ibrahim As, seseorang yang bisa mengancam eksistensinya sebagai penguasa. Jadi itu pastilah lautan api, Raja Namrud mungkin menyuruh ratusan atau ribuan prauritnya membuat api menyala2 tinggi, begitu mengerikan. Di jaman kita sekarang, apa sih masalah yang kita hadapi? Rasa2nya nggak seujung kuku dibanding situasi pelik Ibrahim As yang akan dibakar hidup-hidup.

Ketika Nabi Ibrahim As. hendak dimasukkan ke dalam kobaran api, Jibril datang dengan seluruh kemegahannya--Jibril gitu loh. Dan Jibril berkata: "Apakah engkau butuh aku?". Jibril itu malaikat tiada tanding, itu sungguh bantuan yang hebat. Tapi tidak ada yang lebih hebat selain jawaban Ibrahim As, "Kalau kepadamu tidak. Tapi kalau kepada Allah, iya." Bukan main, sungguh keimanan tiada tara yang membuat seseorang bisa berkata begitu. Nah, saat Ibrahim dicampakkan ke dalam kobaran api, kalimat berikut inilah yang dibacanya: "Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'mal natsir". Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.

Maka, my dear anggota page, tidakkah kita berlinang air mata mendengar kisah ini. Cukup, cukup Allah yang menjadi penolong kita, dan sungguh Allah-lah sebaik-baik pelindung. Jika kita terdesak, jika kita tersudut oleh kejamnya dunia, oleh zalimnya orang lain, jika kita tidak lagi sanggup menatap hidup ini, begitu banyak beban di pundak, begitu banyak masalah, maka segeralah bersimpuh, bilang kalimat itu.

Ya Allah, duhai yang maha menggenggam seluruh kehidupan, jangankan isak tangis seorang manusia, bahkan kelepak seekor nyamuk di hutan paling dalam, paling gelap, Allah tahu. Bagaimana mungkin Allah tidak mendengar kita. Allah tidak akan pernah mengabaikan mahkluknya yang berseru lirih memanggil pertolongan. Tidak akan.

Jadi jangan bersedih lagi. Jangan berputus asa lagi. Tidak pantas seseorang yang punya Allah berputus asa.

Artikel Terkait