APAKAH ORANG INDONESIA ITU CERDAS

Menurut catatan (meski banyak versinya), setidaknya manusia itu sudah ada sejak 200.000 tahun lalu. Nah, buat manusia yang hidup 200.000 tahun lalu, lantas meninggal, maka dia sudah ada di alam kubur selama 200.000 tahun. Bandingkan dengan usianya (asumsi) 100 tahun.

Apakah hidup ini sebentar? Sungguh sebentar.
Kalau kita mati di jaman ini, coba pikirkan, akan berapa lama kita akan ada di alam kubur menunggu kiamat? 10.000 tahun? 100.000 tahun? 1.000.000 tahun lagi? Apakah hidup ini sebentar? Sungguh sebentar.

Kita bahkan lupa dengan orang2 yang hidup 100 tahun lalu. Nggak ngeh, dan nggak kepikiran. Jangankan 100 tahun, yang 20 tahun lalu saja sudah dilupakan. Maka, lumrah saja, saat kita mati, 100 tahun lagi, orang2 juga sudah lupa dengan kita. Tidak ada lagi yang ingat kita yang suka melanggar peraturan, zalim, ingin menang sendiri, petantang-petenteng di muka bumi. Tidak ada lagi yang ingat kita yang suka memberatkan orang lain, mengambil hak orang lain, sok tahu, sok mutu, dan sebagainya. Tidak ada. Musnah ditelan waktu.

Hidup ini hanya sebentar. Hanya sesore hari saja, langsung gelap malam.
Maka, mulailah memikirkan untuk mengisinya dengan baik. Apa susahnya sih bermanfaat dan tulus? Kalaupun tidak, apa susahnya sih sensitif, mau mematuhi peraturan. Kalaupun tidak, apa susahnya sih mendengarkan nurani sendiri. Semua orang punya hati, dilengkapi dengan bagian paling lembut. Kita ini tahu persis apakah sesuatu itu salah atau benar. Tapi sekali kita lupakan hati nurani itu, berubah jadi kelam, maka hilang sudah semuanya. Lantas buat apa kita jadi orang menyebalkan? Agar kita bisa bahagia hidup ini? Agar kita kaya? Berkecukupan? Tidak ada harta benda yang dibawa ke liang kubur. Kalaupun ada, bahkan tidak akan cukup untuk kebutuhan 100.000 tahun di dalam sana?

Sungguh, orang2 yang senantiasa berusaha bermanfaat bagi sekitarnya, senantiasa menghiasi diri dengan ahklak baik, selalu mengingatkan dalam kebaikan, semangat tolong menolong, yang akan memiliki bekal menumpuk saat mati. Tetap akan dilupakan memang, tapi dia memiliki bekal terbaik untuk periode setelah mati yang lebih panjang. Kita bahkan belum menghitung masa2 hari perhitungan. Yang kalaupun di sebut 'hari', itu setara dengan waktu yang lama. Juga masa-masa setelah perhitungan, yang lebih super duper lama.

Entahlah kalau ada yang tidak percaya hari perhitungan dan hari akhir. Silahkan.

Tapi mau percaya atau tidak, kita pasti mati. Tidak butuh agama, penjelasan ilmiah, dsbgnya soal mati ini. Pasti mati. Bagaimana rasanya mati? Sensasi mati? Tidak ada yang tahu, karena yang tahu tidak bisa lagi menjelaskannya.

Semoga kesadaran atas hal ini, sedikit saja bisa mencegah kita untuk zalim, aniaya, memberatkan, melanggar peraturan, menyusahkan hak orang lain.

Tetapi yang menarik buat saya adalah, beliau mengatakan bahwa orang Indonesia itu cerdas, jika diberi kesempatan dan dilatih dengan baik. Beliau mengatakan,”tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar.” Untuk membuktikan pendapatnya ini, maka beliau pergi ke Papua untuk mencari murid yang paling bodoh, yang paling sering tinggal kelas, yang tidak bisa menjumlahkan, pokoknya yang bodohnya tak ketulungan lah kata orang Jakarta.

Mereka dibawa ke Jakarta, dalam tempo 6 bulan anak anak itu sudah menguasai pelajaran kelas 1 sampai kelas 6 SD. Ada satu orang anak yang sudah 4 tahun tinggal kelas di kelas 2 SD, dilatih kemudian menjadi juara nasional untuk olimpiade matematika, dan juga menjadi juara lomba membuat robot tingkat nasional. Banyak dari antara anak anak papua yang paling bodoh itu, yang kampungnya paling terpencil, dimana semua orang masih pakai koteka, setelah di latih oleh guru yang baik dan metode yang benar, setelah di beri kesempatan, maka pada tahun 2011, anak-anak itu menjadi juara Olimpiade Sains dan Matematika Asia , dengan merebut emas, perak dan perunggu.

Masih sungguh banyak prestasi yang dicapai Sang Guru ini, yang tak mungkin saya ceritakan dalam tulisan singkat ini. Tetapi cukuplah mewakili bahwa dengan memberi kesempatan bagi anak anak dari desa terpencil di Indonesia, mereka bisa menjadi Juara Dunia.

Prof. Yohanes Surya PhD, setelah menyelesaikan studinya di USA, beliau sempat kerja disana dan ditawari berbagai hal menarik supaya tetap di USA. Tetapi beliau memilih untuk pulang ke Indonesia untuk berbuat sesuatu. Beliau punya mimpi 15 tahun kedepan untuk mendidik anak-anak Indonesia yang paling tertinggal didaerah daerah, sehingga mereka menjadi Doktor (PhD), 30000 doktor, yang disebar diseluruh pelosok negeri. Jika ini terwujud, maka Indonesia akan bisa berbicara di Tingkat Internasional, bahkan kita akan bisa bertanding dengan negara maju seperti USA.

Jika anak-anak Papua bisa menjadi juara olimpeade fisika, juara olimpiade matematika, Juara membuat robot, maka semua anak-anak Indonesia yang paling bodoh sekalipun diseluruh nusantara, jika diberi kesempatan dan dibimbing dengan metode yang benar, maka sangat mungkin menciptakan 30000 doktor yang tersebar diseluruh Indonesia, ketika itu terjadi maka kemajuan negeri kita akan sama dengan USA, bahkan seperti pelajar Indonesia yang juara Olipiade Fisika, maka kita bisa jadi juara dunia, semua mungkin jika kita berusaha. Mestakung, kata beliau, semesta akan mendukung jika kita berusaha.

Apa rahasianya menjadi guru yang baik? ”guru yang baik adalah guru yang bisa menginspirasi para muridnya”, guru yang baik adalah guru yang bisa mengajarkan muridnya dengan mudah, ceria dan senang.” metode yang diyakininya ini ternyata telah berhasil dengan luar biasa. selain menajdi Juara Dunia di bidang Fisika dan Matematika, sudah banyak anak didiknya menjadi ilmuwan dan PhD terkemuka didunia. Satu lagi kita sudah menjadi lawan yang tangguh di bidang matematika dan fisika. Seumpama ini adalah pertandingan bola, maka kita adalah Brazil atau Jerman. Lawan yang sudah ditakuti lawan sedunia.

Kalau bisa tidak hanya pintar doang tapi juga yang bermoral baik dan berbudi pekerti sesuai dengan budaya Indonesia. Jangan seperti koruptor2, semuanya pintar2 dan berlatar belakang pendidikan yang baik.

Artikel Terkait