Mendengar kata Setan, maka seketika
pikiran kita biasanya akan langsung membayangkan sesosok makhluk yang seram,
hitam, bertanduk dikepalanya, kedua matanya merah, gigi tajam tak ubahnya
drakula, dan memiliki ekor dengan ujungnya seperti anak panah.
Akan tetapi apakah memang demikian keadaan setan sebenarnya ?
Jika kita membuka lembaran-lembaran
kitab suci dan juga hadis-hadis yang meriwayatkan perihal setan itu sendiri,
ternyata kita TIDAK akan menemukan penggambaran sosok setan seperti yang kita
bayangkan itu. Tidak ada keterangan apapun dari Allah didalam al-Qur’an maupun
juga dari Rasul didalam Hadisnya mengenai perwujudan asli dari makhluk yang
bernama setan ini.
Satu hal lain yang sangat lumrah
terjadi dimasyarakat, bila kita menyebut setan maka biasanya kitapun akan
sering mengindentikkannya dengan Iblis, yaitu suatu makhluk yang diceritakan
oleh al-Qu’ran sebagai pembangkang perintah Tuhan saat disuruh bersujud kepada
manusia yang oleh Tuhan berfungsi sebagai Khalifah dibumi (Lihat Qs. 2
al-Baqarah : 34, Qs. 7 al-A’raaf : 11, Qs. 15 al-Hijr : 31, Qs. 17 al-Israa’ :
61, Qs. 18 al-Kahfi : 50, Qs. 20 Thaaha : 116 dan Qs. 38 Shaad : 74).
Menurut Encyclopedia Britannica, kata
setan sebenarnya berasal dari bahasa Ibrani yang berarti “musuh” dan biasanya
ditujukan kepada jenis Jin yang ingkar dan melakukan bisikan jahat terhadap
manusia sebagai tindakan godaan dan kesuksesan mereka adalah bergantung dari
kecerdikannya.
Pernyataan tersebut tidak bertentangan
dengan pernyataan al-Qur’an maupun hadis Nabi berikut :
Kami jadikan para Nabi itu musuh-musuh
setan, yaitu dari jenis manusia dan Jin - Qs. 6 al-an’am : 112
Sungguh, aku melihat setan-setan Jin
dan manusia lari dari Umar
- Hadis Riwayat Tirmidzi
- Hadis Riwayat Tirmidzi
Dari ayat dan hadis tersebut,
digambarkan oleh al-Qur’an bahwa setan itu terbagi atas dua jenis, yaitu setan
dalam wujud manusia dan setan dalam wujud Jin. Dan dari sini juga ada indikasi
bahwa yang namanya setan itu tidak selamanya identik dengan Iblis.
Maka sujudlah mereka kecuali Iblis, adalah dia dari golongan jin
- Qs. 18 al-Kahfi : 50
Maka sujudlah mereka kecuali Iblis, adalah dia dari golongan jin
- Qs. 18 al-Kahfi : 50
Jadi, Iblis itu sendiri dinyatakan
Allah berasal dari golongan Jin, tidak ada Iblis dari golongan manusia,
sehingga mengidentikkan antara Iblis dan Setan tidaklah selamanya benar.
Lalu, setan dari jenis manusia itu apa dan bagaimana ?
Lalu, setan dari jenis manusia itu apa dan bagaimana ?
Sabda Nabi :
Apabila tiba bulan Ramadhan, dibukalah
pintu langit, dikunci pintu neraka dan setan dibelenggu
Hadis Riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
Hadis Riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
Pernyataan Nabi bahwa pintu langit
dibuka pada bulan Ramadhan tentunya dimaksudkan sebagai terbukanya pintu rahmat
dan pintu ampunan Allah bagi para hamba-Nya yang berpuasa, sementara
terkuncinya pintu neraka adalah tertutupnya pintu azab Allah selagi kita
menggunakan kesempatan dibulan suci itu untuk melakukan introspeksi diri
(bahasa agamanya : bertaubat) serta memperbanyak amal ibadah.
Dan pernyataan setan dibelenggu pada
bulan Ramadhan juga tidak mungkin kita artikan secara kontekstual yang
sebenarnya, sebab memang pada kenyataannya dibulan Ramadhan masih banyak
kejahatan merajalela, penyembahan berhala, minum-minuman keras, main perempuan
dan aneka tindak kriminal lainnya.
Jadi, yang dimaksud oleh Nabi itu tidak
lain adalah pada bulan Ramadhan itu sewajarnya hawa nafsu kejahatan yang
senantiasa ada pada diri manusia itu lebih terkekang karena simanusianya
seharusnya sibuk melakukan pendekatan diri kepada Tuhan, banyak melakukan
dzikir serta menahan makan dan minum yang merupakan sumber dari timbulnya nafsu
negatif.
Kesimpulan ini sesuai juga dengan sabda
Nabi yang lain :
Sesungguhnya setan itu berjalan pada
manusia melalui tempat jalannya darah Maka persempitlah tempat jalannya dengan
lapar
Hadis Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah
Hadis Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah
Tidaklah mungkin pada tubuh kita ini
ada setan (dalam pengertian makhluk Jin) yang berdiam, sebab jika itu benar
maka kita semua ini bisa dikatakan kesurupan setiap hari, karena itulah maka
yang disebut sebagai setan itu adalah dorongan negatif yang selalu berusaha
mendominasi semua perbuatan dan pikiran kita setiap waktu (seiring dengan
perjalanan darah).
Bukankah Nabi juga pernah bersabda
tatkala beliau kembali dari medan perang :
Kita baru saja kembali dari peperangan kecil
menuju keperang yang besar Yaitu perang melawan hawa nafsu
- Hadis Riwayat al-Khatib dari Jabir
- Hadis Riwayat al-Khatib dari Jabir
Pada Hadis yang sudah kita kutip
sebelumnya Nabi menyatakan bahwa lapar (berpuasa) merupakan salah satu cara
mengekang diri dari tindakan negatif yang justru merugikan diri kita sendiri.
Sabda Nabi yang lain :
Jika kalian mendengar suara keledai
maka belindunglah kepada Allah dari setan. Karena sesungguhnya dia melihat
setan
– Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
– Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
Sekali lagi, jika memang didalam diri
manusia ini ada setan dalam pengertian makhluk halus, maka apakah setiap
keledai melihat manusia juga pasti akan bersuara (melenguh) sebab pada saat
yang sama seharusnya dia juga melihat setan didalam diri manusia ?
Sementara jika kita mengartikan setan sebagai energi negatif atau dorongan nafsu untuk berbuat kejahatan (menentang jalan Tuhan) maka hal ini sesuai dengan pernyataan al-Qur’an :
Lalu ALLAH mengilhamkan kepada jiwa (Nafs) itu (nilai-nilai) fasiq dan (nilai-nilai) taqwa - Qs. 91 asy-syams : 8
Sementara jika kita mengartikan setan sebagai energi negatif atau dorongan nafsu untuk berbuat kejahatan (menentang jalan Tuhan) maka hal ini sesuai dengan pernyataan al-Qur’an :
Lalu ALLAH mengilhamkan kepada jiwa (Nafs) itu (nilai-nilai) fasiq dan (nilai-nilai) taqwa - Qs. 91 asy-syams : 8
Bersesuaian pula dengan teori yang ada
pada ilmu Psiko-linguistik yang menyatakan bahwa manusia dilahirkan didunia
bukan dengan piring kosong (teori Tabula rasa), manusia dilahirkan dengan
dibekali faculties of the mind atau ada juga yang mengistilahkannya sebagai
innate properties [1].
Semuanya berpulang kepada kita, mana
yang akan kita ikuti, apakah semangat berbuat kebaikan ataukah semangat untuk
berlaku jahat ?
Ketahuilah, bahwa didalam jasad ada
gumpalan, bila gumpalan itu baik maka baiklah seluruh jasad dan apabila rusak
maka rusaklah seluruh jasad ketahuilah bahwa itulah hati - Hadis Riwayat
Bukhari dan Muslim
Semakin kita condong pada perbuatan
negatif (hawa nafsu), maka Iblis yang sejak awal mengumumkan permusuhannya
dengan manusia, akan mengerahkan semua bala tentaranya dari kalangan Jin yang
juga memiliki sifat jahat untuk menambah semangat kita berbuat hal yang batil
dengan jalan membisik-bisikkan rayuan fatamorgana didalam hati.
Setan itu memberikan janji-janji kepada
mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu
tidak menjanjikan kepada mereka selain tipuan belaka - Qs. 3 an-nisa’ : 120
... Kejahatan setan yang biasa
bersembunyi, yang berbisik kedalam dada manusia dari Jin dan manusia - Qs.114
an-nas : 4 – 6
Kita semua sudah mengetahui bahwa
antara ALLAH dan Iblis telah terjadi satu perjanjian dimana Iblis diberi
kebebasan oleh Tuhan untuk mengadakan cobaan serta ujian atas keimanan manusia
terhadap-Nya.
Dan ajaklah siapa yang kamu sanggupi
diantara mereka dengan ajakanmu, kerahkanlah kepada mereka pasukanmu yang
berkendaraan dan pasukanmu yang berjalan kaki lalu bersekutulah bersama mereka
dalam urusan harta dan anak-anak dan berilah mereka janji
- Qs. 17 al-Isra : 64
- Qs. 17 al-Isra : 64
Disamping itu, mungkin kita juga perlu
melakukan kajian secara komprehensif terhadap beberapa hadis Nabi yang
menghubungkan penyakit dengan setan dan menghubungkan pula antara suatu
perbuatan dengan setan misalnya :
Hendaklah seseorang diantara kamu
makan, minum dan mengambil dengan tangan kanannya karena setan itu makan, minum
dan memberi dengan tangan kirinya - Hadis Riwayat Ibnu Majah
Apabila salah seorang dari kalian
menguap, hendaklah diletakkan tangannya dimulutnya dan tidak memanjangkan
suaranya, karena sungguh setan mentertawakannya - Hadis Riwayat Ibnu Majah
Tutuplah bejana, tutuplah tempat-tempat
air, tutuplah pintu dan padamkanlah lampu Sebab setan tidak singgah ditempat
air yang tertutup, tidak membuka pintu tertutup Serta tidak membuka bejana yang
tertutup – Hadis Riwayat Bukhari
Janganlah kalian kencing dilobang -
Hadis Riwayat Abu Daud, Nasa’i dan Ahmad
Jangan kalian melepas ternak-ternak
kalian dan anak-anak kalian saat matahari terbenam hingga kegelapan malam,
sebab sungguh, setan bergentayangan saat matahari terbenam hingga hilang
gelapnya malam - Hadis Riwayat Muslim
Beberapa hadis diatas meskipun teksnya
dihubungkan dengan setan, namun bisa kita tinjau dari sisi tata krama, medis
maupun keselamatan.
Orang yang makan, minum atau melakukan
aktivitas dengan tangan kirinya berkesan orang yang tidak sopan dan jorok,
sebab secara umum, tangan kiri kita gunakan untuk –maaf- mencebok sisa kotoran
dipantat. Lalu secara psikologis, apakah kita mau makan makanan yang bersih dan
sehat dengan tangan yang biasa memegang kotoran ?
Lalu bayangkan kita menguap lebar-lebar
sambil bersuara “hhaaaahhh...” ditengah orang banyak atau didekat orang yang
anda sayangi ataupun malah didalam suatu rapat, apa kesan orang-orang tersebut
kepada kita ? Selain itu jika saat kita menguap lebar itupun akan memungkinkan
virus-virus tertentu yang ada diudara masuk melalui mulut.
Perintah Nabi untuk menutup
tempat-tempat air yang terbuka, mematikan lampu dan menutup pintu tidak lain
agar makanan dan minuman kita bersih dari penyakit yang berbahaya seperti
jentik nyamuk demam berdarah atau jilatan binatang sejenis kucing, tikus dan
sebagainya.
Mematikan lampu sebelum tidur adalah
langkah efisiensi atau penghematan sekaligus mencegah terjadinya arus pendek
yang bisa mengakibatkan kebakaran apalagi pada masa lalu orang menggunakan
lampu teplok dan lilin untuk penerangan sehingga tidak menutup kemunginan lampu
teplok itu jatuh kelantai dan mengenai kain sehingga terjadi kebakaran.
Dan larangan kencing dilobang menurut
saya agar tidak timbul penyakit maupun aroma tak sedap dari lobang bekas
kencing, ini tentu saja pengecualian bagi lobang WC yang bisa disiram sehingga
tidak menimbulkan bau dan penyakit sebagaimana pernah diungkapkan oleh Rasyid
Ridha dalam Tafsir al-Manarnya bahwa makhluk-makhluk hidup yang halus yang dikenal
orang sekarang dengan perantaraan mikroskop dan diberi nama mikroba ada
kemungkinan juga termasuk jenis Jin jahat (setan) yang menjadi penyebab dari
berbagai macam penyakit [2].
Menutup pintu tidak lain agar rumah
kita tidak dimasuki setan manusia berupa maling, rampok atau sejenisnya yang
dapat merugikan kita sendiri. Sementara larangan Nabi agar tidak melepaskan
ternak dan anak-anak diwaktu matahari tenggelam hingga pagi hari tidak lain
untuk menghindarkan kita dari ulah penculik anak dan maling binatang.
Kesimpulan akhir adalah setan itu
merupakan segala sesuatu yang bersifat jahat yang bisa menjerumuskan seseorang
dalam suatu bahaya, baik bahaya didunia maupun bahaya diakhirat. Setan bisa
berupa hawa nafsu negatif yang merangsang seseorang untuk berlaku jahat dan
menyimpang dari kebenaran. Setan juga bisa menimbulkan penyakit tertentu dan
setan juga bisa berwujud Jin yang jahat.
Jadi, jika ada manusia yang selalu
melakukan kejahatan, kebiadaban atau kenistaan maka dia adalah setan berwujud
manusia, demikian pula bila ada Jin yang berlaku sama seperti itu maka dia
adalah setan berwujud Jin.
Sebagai tambahan penutup, dalam
al-Qur’an Allah tidak pernah menyinggung asal penciptaan setan, namun Allah
telah menyinggung asal penciptaan Jin dan Manusia didalam banyak ayatnya,
sementara asal penciptaan Malaikat disinggung oleh Nabi dalam sebuah Hadisnya :
Sesungguhnya, orang-orang yang
bertaqwa, bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat ALLAH, maka
ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. - Qs. 7 al-a’raf : 201
Jika setan mengganggumu, maka mohonlah
perlindungan kepada ALLAH, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui
- Qs. 41 fushilat : 36
Referensi :
----------
[1]Soenjono Dardjowidjojo, Psiko-linguistik : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, Yayasan Obor Indonesia, 2003
[2]Syaikh Muhammad al-Ghazali, Studi Kritis atas Hadis Nabi Saw : Antara pemahaman tekstual dan kontekstual dengan pengantar : Dr. M. Quraish Shihab, Terj. Muhammad al-Baqir, Penerbit Mizan, 1993, hal. 125
----------
[1]Soenjono Dardjowidjojo, Psiko-linguistik : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, Yayasan Obor Indonesia, 2003
[2]Syaikh Muhammad al-Ghazali, Studi Kritis atas Hadis Nabi Saw : Antara pemahaman tekstual dan kontekstual dengan pengantar : Dr. M. Quraish Shihab, Terj. Muhammad al-Baqir, Penerbit Mizan, 1993, hal. 125
Wassalam,