Assalamu'alaykum Wr. Wb.
"Hai orang-orang yang beriman,
masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu."
(Qs. al-Baqarah 2:208)
(Qs. al-Baqarah 2:208)
Ayat diatas merupakan seruan, perintah
dan juga peringatan Allah yang ditujukan khusus kepada orang-orang yang
beriman, yaitu orang-orang yang mengakui Allah sebagai Tuhan satu-satunya dan
juga mengakui Muhammad selaku nabi-Nya agar masuk kedalam agama Islam secara
kaffah dan agar mau melakukan intropeksi diri, sudahkah kita benar-benar
beriman didalam Islam secara kaffah ?
Allah memerintahkan kepada kita agar
melakukan penyerahan diri secara sesungguhnya, lahir dan batin tanpa syarat
hanya kepada-Nya tanpa diembel-embeli hal-hal yang bisa menyebabkan
ketergelinciran kedalam kemusryikan.
Bagaimanakah jalan untuk mencapai Islam
Kaffah itu sesungguhnya ?
al-Qur'an memberikan jawaban kepada kita :
al-Qur'an memberikan jawaban kepada kita :
"Hai orang-orang yang beriman,
taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling darinya,
padahal kamu mengerti."
(Qs. al-Anfaal 8:20)
(Qs. al-Anfaal 8:20)
Jadi Allah telah menyediakan sarana
kepada kita untuk mencapai Islam yang kaffah adalah melalui ketaatan kepada-Nya
dan kepada Rasul-Nya serta tidak berpaling dari garis yang sudah ditetapkan.
Taat kepada Allah dan Rasul ini
memiliki aspek yang sangat luas, akan tetapi bila kita mengkaji al-Qur'an secara
lebih mendalam lagi, kita akan mendapati satu intisari yang paling penting dari
ketaatan terhadap Allah dan para utusan-Nya, yaitu melakukan Tauhid secara
benar.
Tauhid adalah pengesaan kepada Allah.
Bahwa kita mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta yang tidak memiliki serikat ataupun sekutu didalam zat dan sifat-Nya sebagai satu-satunya tempat kita melakukan pengabdian, penyerahan diri serta ketundukan secara lahir dan batin.
Bahwa kita mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta yang tidak memiliki serikat ataupun sekutu didalam zat dan sifat-Nya sebagai satu-satunya tempat kita melakukan pengabdian, penyerahan diri serta ketundukan secara lahir dan batin.
Seringkali manusia lalai akan hal ini,
mereka lebih banyak berlaku sombong, berpikiran picik laksana Iblis, hanya
menuntut haknya namun melupakan kewajibannya. Tidak ubahnya dengan orang kaya
yang ingin rumahnya aman akan tetapi tidak pernah mau membayar uang untuk
petugas keamanan.
Banyak manusia yang sudah melebihi
Iblis.
Iblis tidak pernah menyekutukan Allah, dia hanya berlaku sombong dengan ketidak patuhannya untuk menghormati Adam selaku makhluk yang dijadikan dari dzat yang dianggapnya lebih rendah dari dzat yang merupakan sumber penciptaan dirinya.
Iblis tidak pernah menyekutukan Allah, dia hanya berlaku sombong dengan ketidak patuhannya untuk menghormati Adam selaku makhluk yang dijadikan dari dzat yang dianggapnya lebih rendah dari dzat yang merupakan sumber penciptaan dirinya.
Manusia, telah berani membuat
Tuhan-tuhan lain sebagai tandingan Allah yang mereka sembah dan beberapa
diantaranya mereka jadikan sebagai mediator untuk sampai kepada Allah. Ini
adalah satu kesyirikan yang besar yang telah dilakukan terhadap Allah.
"Mereka menjadikan orang-orang
alimnya dan pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah, juga
terhadap al-Masih putera Maryam; padahal mereka tidak diperintahkan melainkan
agar menyembah Tuhan Yang Satu; yang tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci
Allah dari apa yang mereka persekutukan." (Qs. al-Bara'ah 9:31)
"Dan mereka menyembah selain
daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan
tidak pula kemanfa'atan, namun mereka berkata: "Mereka itu
penolong-penolong kami pada sisi Allah !". Katakanlah:"Apakah kamu
mau menjelaskan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit-langit dan
dibumi ?" ; Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan." (Qs. Yunus 10:18)
Penyakit syirik ini dapat mengenai dan
menyertai siapa saja, tidak terkecuali didalam orang-orang Islam yang mengaku
bertauhid. Untuk itulah Allah memberikan perintah internal kepada umat Muhammad
ini agar sebelum mereka melakukan Islamisasi kepada orang lain, dia harus
terlebih dahulu mengIslamkan dirinya secara keseluruhan alias Kaffah dengan
jalan mentaati apa-apa yang sudah digariskan dan dicontohkan oleh Rasul
Muhammad Saw sang Paraclete yang agung, Kalky Authar yang dijanjikan.
Bagaimana orang Islam dapat melakukan
satu kesyirikan kepada Allah, yaitu satu perbuatan yang mustahil terjadi sebab
dia senantiasa mentauhidkan Allah ?
Sejarah mencatatkan kepada kita, berapa
banyak orang-orang Muslim yang melakukan pemujaan dan pengkeramatan terhadap
sesuatu hal yang sama sekali tidak ada dasar dan petunjuk yang diberikan oleh
Nabi.
Dimulai dari pemberian sesajen kepada
lautan, pemandian keris, peramalan nasib, pemakaian jimat, pengagungan kuburan,
pengkeramatan terhadap seseorang dan seterusnya dan selanjutnya. Inilah satu
bentuk kesyirikan terselubung yang terjadi didalam diri dan tubuh kaum Muslimin
kebanyakan.
Mereka lebih takut kepada tokoh Roro
Kidul ketimbang kepada Allah, mereka lebih hormat kepada kyai ketimbang kepada
Nabi. Mereka lebih menyukai membaca serta mempercayai isi kitab-kitab primbon
dan kitab-kitab para ulama atau imam Mazhab tertentu ketimbang membaca dan
mempercayai kitab Allah, al-Qur'anul Karim.
Adakah orang-orang yang begini ini
disebut sebagai Islam yang kaffah ?
Sudah benarkah cara mereka beriman kepada Allah ?
Sudah benarkah cara mereka beriman kepada Allah ?
Saya yakin, kita semua membaca
al-Fatihah didalam Sholat, dan kita semua membaca "Iyyaka na'budu waiyya
kanasta'in" yang artinya "Hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami
mengabdi dan hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami memohon pertolongan".
Ayat ini berindikasikan penghambaan kita
kepada Allah dan tidak memberikan sekutu dalam bentuk apapun sebagaimana juga
isi dari surah al-Ikhlash :
"Katakan: Dialah Allâh yang Esa.
Allâh tempat bergantung. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada
bagi-Nya kesetaraan dengan apapun."
(Qs. al-Ikhlash 112:1-4)
(Qs. al-Ikhlash 112:1-4)
Hanya sayangnya, manusia terlalu banyak
yang merasa angkuh, pongah dan sombong yang hanyalah merupakan satu penutupan
dari sifat kebodohan mereka semata sehingga menimbulkan kezaliman-kezaliman,
baik terhadap diri sendiri dan juga berakibat kepada orang lain bahkan hingga
kepada lingkungan.
Untuk mendapatkan kekayaan, kedudukan
maupun kesaktian, tidak jarang seorang Muslim pergi kedukun atau paranormal,
memakai jimat, mengadakan satu upacara ditempat-tempat tertentu pada malam-malam
tertentu dan di-ikuti pula dengan segala macam puasa-puasa tertentu pula yang
tidak memiliki tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya.
Apakah mereka-mereka ini masih bisa
disebut sebagai seorang Islam yang Kaffah ?
Dengan tindakan mereka seperti ini, secara tidak langsung mereka sudah meniadakan kekuasaan Allah, mereka menjadikan semuanya itu selaku Tuhan-tuhan yang berkuasa untuk mengabulkan keinginan mereka.
Dengan tindakan mereka seperti ini, secara tidak langsung mereka sudah meniadakan kekuasaan Allah, mereka menjadikan semuanya itu selaku Tuhan-tuhan yang berkuasa untuk mengabulkan keinginan mereka.
"Dan sebagian manusia, ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Tetapi orang-orang yang beriman adalah amat
sangat cintanya kepada Allah."
(Qs. Al-Baqarah 2:165)
(Qs. Al-Baqarah 2:165)
Kepada orang-orang seperti ini, apabila
diberikan peringatan dan nasehat kepada jalan yang lurus, mereka akan berubah
menjadi seorang pembantah yang paling keras.
"Dan sesungguhnya Kami telah
mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan.
Tetapi manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah."
(Qs. al-Kahf 18:54)
(Qs. al-Kahf 18:54)
"Tidakkah engkau pikirkan
orang-orang yang membantah tentang kekuasaan-kekuasaan Allah ? Bagaimana mereka
bisa dipalingkan ?"
(Qs. al-Mu'min 40:69)
(Qs. al-Mu'min 40:69)
Orang-orang sekarang telah banyak yang
salah pasang ayat, mereka katakan bahwa apa yang mereka lakukan itu bukanlah
suatu kesyirikan melainkan satu usaha atau cara yang mesti ditempuh, sebab
tanpa usaha Tuhan tidak akan membantu.
Memang benar sekali, tanpa ada tindakan
aktif dari manusia, maka tidak akan ada pula respon reaktif yang timbul sebagai
satu bagian dari hukum alam sebab-akibat. Akan tetapi, mestikah kita
mengaburkan akidah dengan dalil usaha ?
Anda ingin kaya maka bekerja keras dan
berhematlah semampu anda, anda ingin mendapatkan penjagaan diri maka masukilah
perguruan-perguruan beladiri entah silat, karate, kempo, tenaga dalam dan
sebagainya.
Anda ingin pintar maka belajarlah yang
rajin begitu seterusnya yang pada puncak usaha itu haruslah dibarengi dengan
doa kepada Allah selaku penyerahan diri kepada sang Pencipta atas segala
ketentuan-Nya, baik itu untuk ketentuan yang bagus maupun ketentuan yang tidak
bagus.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(Qs. al-Baqarah 2:216)
(Qs. al-Baqarah 2:216)
"Yang demikian itu adalah nasehat
yang diberikan terhadap orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,
karena barang siapa berbakti kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan
bagi mereka satu pemecahan; dan Allah akan mengaruniakan kepadanya dari jalan
yang tidak ia sangka-sangka; sebab barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah,
niscaya Allah akan menjadi pencukupnya. Sesungguhnya Allah itu pelulus
urusan-Nya, sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap sesuatu."
(Qs. at-Thalaq 65:2-3)
Bukankah hampir semua dari kita
senantiasa hapal dan membaca ayat dibawah ini dalam doa iftitahnya ?
"Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku,
hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan sekalian makhluk, tiada serikat
bagi-Nya, karena begitulah aku diperintahkan." (Qs. al-An'aam 6:162-163)
Anda membutuhkan perlindungan dari
segala macam ilmu-ilmu jahat, membutuhkan perlindungan dari orang-orang yang
bermaksud mengadakan rencana yang jahat dan keji, maka berimanlah anda secara
sungguh-sungguh kepada Allah dan Rasul-Nya, InsyaAllah, apabila anda
benar-benar Kaffah didalam Islam, Allah akan menepati janji-Nya untuk
memberikan Rahmat-Nya kepada kita.
"Dan ta'atilah Allah dan Rasul,
supaya kamu diberi rahmat."
(Qs. Ali Imran 3:132)
(Qs. Ali Imran 3:132)
Rahmat Allah itu tidak terbatas, Rahmat
bisa merupakan satu perlindungan, satu pengampunan, Kasih sayang dan juga bisa
berupa keridhoan yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Apakah anda tidak senang apabila Tuhan
meridhoi anda ?
Seorang anak saja, apabila dia telah mendapatkan restu dan ridho dari kedua orangtuanya, anak tersebut akan memiliki ketenangan dan penuh suka cita didalam melangkah, apakah lagi ini yang didapatkan adalah keridhoan dari Ilahi, Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk, yang berkuasa atas segala sesuatu ?
Seorang anak saja, apabila dia telah mendapatkan restu dan ridho dari kedua orangtuanya, anak tersebut akan memiliki ketenangan dan penuh suka cita didalam melangkah, apakah lagi ini yang didapatkan adalah keridhoan dari Ilahi, Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk, yang berkuasa atas segala sesuatu ?
Jika Allah ridho kepada kita, maka
percayalah Allah akan membatalkan dan mengalahkan musuh-musuh kita. Maka dari
itu berkepribadian Kaffah-lah didalam Islam, berimanlah secara tulus dan penuh
kesucian akidah.
Dalam kajian lintas kitab, kita akan
mendapati fatwa dari 'Isa al-Masih kepada para sahabatnya mengenai kekuatan
Iman :
Terjemahan Resmi: Baru: Matius: 17
17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?"
17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?"
17:20 Ia berkata kepada mereka:
"Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata
kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan
pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
al-Qur'an pun memberikan gambaran :
al-Qur'an pun memberikan gambaran :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Qs. 2 al-Baqarah: 186)
Kita lihat, Allah akan mendengar doa
kita, Dia akan memberikan Rahmat-Nya kepada kita dengan syarat bahwa terlebih
dahulu kita harus mendengarkan dan percaya kepada-Nya, mendengar dalam artian
mentaati seluruh perintah yang telah diberikan oleh Allah melalui para Nabi dan
Rasul-Nya, khususnya kepada Rasul Muhammad Saw selaku Nabi terakhir yang
universal.
Tidak perlu anda mendatangi
tempat-tempat keramat untuk melakukan tapa-semedi, berpuasa sekian hari atau
sekian malam lamanya dengan berpantang makan ini dan makan itu atau juga
menyimpan, menggantung jimat sebagai penolak bala, pemanis muka, atau sebagai
aji wibawa.
Ambillah al-Qur'an, bacalah dan
pelajarilah, amalkan isinya ... maka dia akan menjadi satu jimat yang sangat
besar sekali yang mampu membawa anda tidak hanya lepas dari derita dunia yang
bersifat temporary, namun juga derita akhirat yang bersifat long and abide.
Yakinlah, bahwa sekali anda mengucapkan
kalimah "Laa ilaaha illallaah" (Tiada Tuhan Selain Allah), maka
patrikan didalam hati dan jiwa anda, bahwa jangankan ilmu-ilmu jahat,
guna-guna, santet, Jin, Iblis apalagi manusia dengan segenap kemampuannya,
Tuhan-pun tidak ada.
Kenapa demikian ?
Sebab dunia ini telah dibuat terlalu banyak memiliki Tuhan-tuhan, semua berhala-berhala yang disembah oleh manusia dengan beragam caranya itu tetap dipanggil Tuhan oleh mereka, entah itu Tuhan Trimurti, Tuhan Tritunggal, Tuhan anak, Tuhan Bapa, Tuhan Budha dan seterusnya.
Sebab dunia ini telah dibuat terlalu banyak memiliki Tuhan-tuhan, semua berhala-berhala yang disembah oleh manusia dengan beragam caranya itu tetap dipanggil Tuhan oleh mereka, entah itu Tuhan Trimurti, Tuhan Tritunggal, Tuhan anak, Tuhan Bapa, Tuhan Budha dan seterusnya.
Manusiapun sudah menjadikan harta,
istri dan anak-anak sebagai Tuhan, menjadikan para ulama sebagai Tuhan,
menjadikan perawi Hadis sebagai Tuhan, menjadikan keluarga Nabi sebagai Tuhan
dan seterusnya.
Karena itu Tauhid yang murni adalah
Tauhid yang benar-benar meniadakan, menafikan segala macam jenis bentuk
ketuhanan yang ada, untuk kemudian disusuli dengan keberimanan, di-ikuti dengan
keyakinan, mengisi kekosongan tadi dengan satu keberadaan, bahwa yang ada dan
kita akui hanyalah Tuhan yang satu, tanpa berserikat dan esa dalam berbagai
penafsiran.
Itulah intisari dari Iman didalam
Islam, intisari seluruh ajaran dan fatwa para Nabi terdahulu, dimulai dari Nuh,
Ibrahim terus kepada Ismail, Ishak, Ya'kub, Musa hingga kepada 'Isa al-Masih
dan berakhir pada Muhammad Saw.
Itulah senjata mereka, itulah jimat
yang mereka pergunakan didalam menghadapi segala jenis kebatilan, segala macam
kedurjanaan yang tidak hanya datang dari manusia namun juga datang dari
syaithan yang terkutuk.
Dalam salah satu Hadits Qudsi-Nya,
Allah berfirman :
"Kalimat Laa ilaaha illallaah adalah benteng pertahanan-Ku; dan barangsiapa yang memasuki benteng-Ku, maka ia aman dari siksaan-Ku." (Riwayat Abu Na'im, Ibnu Hajar dan Ibnu Asakir dari Ali bin Abu Thalib r.a.)
"Kalimat Laa ilaaha illallaah adalah benteng pertahanan-Ku; dan barangsiapa yang memasuki benteng-Ku, maka ia aman dari siksaan-Ku." (Riwayat Abu Na'im, Ibnu Hajar dan Ibnu Asakir dari Ali bin Abu Thalib r.a.)
Nabi Muhammad Saw juga bersabda :
"Aku sungguh mengetahui akan adanya satu kalimat yang tidak seorangpun hamba bilamana mengucapkannya dengan tulus keluar dari lubuk hatinya, lalu ia meninggal, akan haram baginya api neraka. Ucapan itu adalah : Laa ilaaha illallaah."
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
"Aku sungguh mengetahui akan adanya satu kalimat yang tidak seorangpun hamba bilamana mengucapkannya dengan tulus keluar dari lubuk hatinya, lalu ia meninggal, akan haram baginya api neraka. Ucapan itu adalah : Laa ilaaha illallaah."
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Untuk itu, marilah sama-sama kita
memulai hidup Islam yang kaffah sebagaimana yang sudah diajarkan oleh para Nabi
dan Rasul, sekali kita bersyahadat didalam Tauhid, maka apapun yang terjadi sampai
maut menjemput akan tetap Allah sebagai Tuhan satu-satunya yang tiada memiliki
anak dan sekutu-sekutu didalam zat maupun sifat-Nya.
Cobalah anda ikrarkan : Apapun yang
terjadi sampai saya mati akan tetap berpegang kepada Laa ilaaha illallaah.
Segera kita tanggalkan segala bentuk
kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau khurafat, kita ikuti puasa yang
diajarkan oleh Islam, kita contoh prilaku Nabi dalam keseharian, kita turunkan
berbagai rajah dan tulisan-tulisan maupun bungkusan-bungkusan hitam yang kita
anggap sebagai penolak bala atau juga pemanis diri yang mungkin kita dapatkan
dari para dukun, paranormal atau malah juga kyai.
Nabi Muhammad Saw bersabda :
"Barangsiapa menggantungkan jimat penangkal pada tubuhnya, maka Allah tidak akan menyempurnakan kehendaknya."
(Hadist Riwayat Abu Daud dari Uqbah bin Amir)
"Barangsiapa menggantungkan jimat penangkal pada tubuhnya, maka Allah tidak akan menyempurnakan kehendaknya."
(Hadist Riwayat Abu Daud dari Uqbah bin Amir)
"Ibnu Mas'ud berkata: Aku
mendengar Rasulullah Saw bersabda, mantera-mantera, tangkal dan guna-guna
adalah syirik."
(Hadist Riwayat Ahmad dan Abu Daud )
(Hadist Riwayat Ahmad dan Abu Daud )
"Sa'id bin Jubir berkata: orang
yang memotong atau memutuskan tangkal (jimat) dari manusia, adalah pahalanya
bagaikan memerdekakan seorang budak."
(Diriwayatkan oleh Waki')
(Diriwayatkan oleh Waki')
Percayalah, Allah adalah penolong kita.
"Sesuatu bahaya tidak mengenai
melainkan dengan idzin Allah."
(Qs. at-Taghabun 64:11)
(Qs. at-Taghabun 64:11)
"Hai orang-orang yang beriman,
ingatlah ni'mat Allah kepadamu tatkala satu kaum hendak mengulurkan tangannya
untuk mengganggu, lalu Allah menahan tangan mereka daripada (sampai) kepada
kamu; dan berbaktilah kepada Allah; hanya kepada Allah sajalah hendaknya
Mu'minin berserah diri."
(Qs. al-Maaidah 5:11)
(Qs. al-Maaidah 5:11)
Apabila setelah kita melepaskan seluruh
kebiasaan buruk tersebut kita mendapatkan musibah, bukan berarti Allah berlepas
tangan pada diri kita dan kitapun bertambah mendewakan benda-benda, ilmu-ilmu
yang pernah kita miliki sebelumnya.
Akan tetapi Allah benar-benar ingin
membersihkan kita dari segala macam kemunafikan, menyucikan akidah kita, hati
dan pikiran kita sehingga benar-benar berserah diri hanya kepada-Nya semata.
"Apakah manusia itu menyangka bahwa
mereka akan dibiarkan berkata: "Kami telah beriman", padahal mereka
belum diuji lagi ?" (Qs. al-Ankabut 29:2)
"Dan sebagian dari manusia ada
yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", tetapi manakala ia
diganggu dijalan Allah, maka ia menjadikan percobaan manusia itu seperti adzab
dari Allah; dan jika datang pertolongan dari Tuhan-mu, mereka berkata:
"Sungguh kami telah berada bersamamu."; Padahal bukankah Allah lebih
mengetahui apa yang ada dalam dada-dada makhluk ?"
(Qs. al-Ankabut 29:10)
(Qs. al-Ankabut 29:10)
"Dan sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang beriman dan mengetahui orang-orang yang munafik." (Qs.
al-Ankabut 29:11)
Nabi juga bersabda :
"Bilamana Allah senang kepada seseorang, senantiasa menimpakan cobaan baginya supaya didengar keluh kesahnya."
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
"Bilamana Allah senang kepada seseorang, senantiasa menimpakan cobaan baginya supaya didengar keluh kesahnya."
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Bagaimana bila sebagai satu konsekwensi
dari usaha kembali kepada jalan Allah tersebut kita gugur ? Jangan khawatir,
Allah telah berjanji bagi orang-orang yang sudah bertekad untuk kembali pada
kebenaran :
"Orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka,
adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang
mendapatkan kemenangan."
(Qs.at-Taubah 9:20)
(Qs.at-Taubah 9:20)
"Maka orang-orang yang berhijrah,
yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang
berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan
mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya. Sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada
sisi-Nya pahala yang baik".
(Qs. ali Imran 3:195)
(Qs. ali Imran 3:195)
"Karena itu, hendaklah orang-orang
yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah.
Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh
kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar."
(Qs. an-Nisa' 4:74)
(Qs. an-Nisa' 4:74)
Kembali kejalan Allah adalah satu
hijrah yang sangat berat, godaan dan gangguan pasti datang menerpa kita dan
disanalah kita dipesankan oleh Allah untuk melakukan jihad, melakukan satu
perjuangan, melibatkan diri dalam konflik peperangan baik dengan harta maupun
dengan jiwa (tentunya ini tidak berlaku bagi mereka yang cuma melakukan teror
dengan membunuh diri).
Dengan harta mungkin kita harus siap
apabila mendadak jatuh miskin atau juga melakukan kedermawanan dengan menyokong
seluruh aktifitas kegiatan umat Islam demi tegaknya panji-panji Allah; berjihad
dengan jiwa artinya kita harus mempersiapkan mental dan phisik dalam menghadapi
segala kemungkinan yang terjadi akibat ketidak senangan sekelompok orang atau
makhluk dengan hijrah yang telah kita lakukan ini.
Apakah anda akan heran apabila pada
waktu anda masih memegang jimat anda merupakan orang yang kebal namun setelah
jimat anda tanggalkan anda mendadak bisa tergores oleh satu benturan kecil
ditempat tidur ? Bagaimana anda memandang keperkasaan seorang Nabi yang agung
yang bahkan dalam perperanganpun bisa terluka dan juga mengalami sakit
sebagaimana manusia normal ?
Percayalah, berilmu tidaknya anda,
berpusaka atau tidak, bertapa maupun tidaknya anda bukan satu hal yang serius
bagi Allah apabila Dia sudah menentukan kehendak-Nya kepada kita.
"Berupa apa saja rahmat yang Allah
anugerahkan kepada manusia, maka tidak ada satupun yang bisa menahannya; dan
apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk
melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Gagah, yang Bijaksana."
(Qs. Fathir 35:2)
(Qs. Fathir 35:2)
Apabila memang sudah waktunya bagi kita
untuk mendapatkan musibah (baik itu berupa maut dan lain sebagainya) maka dia
tetap datang tanpa bisa kita mundurkan atau juga kita majukan, tidak perduli
anda punya ilmu, punya jimat atau seberapa tinggi kedudukan sosial anda.
"Bagi tiap-tiap umat ada batas
waktunya; maka apabila telah datang waktunya maka mereka tidak dapat meminta untuk
diundurkan barang sesaatpun dan tidak dapat meminta agar dimajukan."
(Qs. al-A'raf 7:34)
(Qs. al-A'raf 7:34)
"Masing-masing Kami tolong mereka
ini dan mereka itu, sebab tidaklah pemberian Tuhanmu itu terhalang."
(Qs. al-Israa 17:20)
(Qs. al-Israa 17:20)
Demikianlah, semoga kita semua bisa mendapatkan
hikmah dari tulisan ini.
Wassalam,
Pikir dan Dzikir, adakah hubungannya dalam beramal ?
Menurut saya, berpikir artinya memberikan peranan kepada
akal agar menemukan jalan keluar dari suatu permasalahan, sedangkan berdzikir
artinya memberikan peranan kepada akal untuk mengingat hasil pikir yang dia
lakukan.
Pikir dan dzikir adalah suatu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan dalam hidup dan kehidupan ini, seorang siswa yang belajar bisa
disebut juga sedang melakukan pikir dan dzikir, dalam hal ini memikirkan dan
mengingat semua pelajaran yang ia terima. Demikian pula misalnya saat kita
mengendarai kendaraan dijalan raya yang ramai, maka kita dituntut untuk
berpikir bagaimana caranya agar tidak celaka atau salah jalan sehingga
mencelakakan diri kita sendiri, dan dalam saat bersamaan kitapun dituntut untuk
melakukan dzikir atau mengingat mana yang harus dilakukan saat itu.
Dari analogi diatas, menurut saya adalah jelas sekali
hubungannya antara pikir dan dzikir dalam beramal. Sebab bila kita salah dalam
berpikir, maka bisa dipastikan juga kitapun akan salah dalam berdzikir, dan
amalnyapun akan salah atau sia-sia.
Wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad adalah
perintah agar berpikir dan berdzikir.
Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia ciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah karena Tuhanmu itu sangat mulia; Yang mengajar dengan Qalam. Dia mengajar manusia apa yang mereka tidak tahu
Qs. 96 al-alaq : 1 - 5
Perintah membaca pada ayat diatas, bukan hanya dalam konteks
dimana Nabi disuruh oleh malaikat Jibril membaca saat turun wahyu pertama saja,
akan tetapi bisa kita tafsirkan secara luas dalam konteks masa kini. Dimana
membaca adalah awal dari berpikir. Awal dari mencari tahu dan melakukan
penyelidikan, awal dari menganalisa serta awal dari suatu pemahaman ataupun
kesimpulan.
Dari surah diatas kita bisa belajar banyak hal, bahwa Tuhan
sendiri sejak awal tidak menyuruh manusia untuk mematikan rasio atau kemampuan
intelegensianya, sebaliknya manusia disuruh untuk membaca kekuasaan Tuhannya,
mewajibkan manusia menganalisa melalui ilmu kedokteran untuk mencari tahu
bagaimana proses awal dari kelahiran manusia itu sendiri sehingga diharapkan
manusia itu menjadi sadar betapa kompleks dan rapinya karya Tuhan dalam
penciptaan, karena itu secara sadar dan logis kitapun diharapkan untuk
memuliakan-Nya.
Menarik memang, bahwa ayat pertama yang turun justru
memerintahkan kepada manusia agar berpikir dan berdzikir, bukan sebaliknya
berdzikir baru berpikir.
Ini artinya Tuhan ingin kita ini cerdas dan berilmu, bukan menjadi sampah masyarakat, menjadi orang bodoh ataupun yang menurut istilah Aa’ Gym (K.H. Abdullah Gymnastiar) menjadi orang yang kehadirannya tidak membawa pengaruh bagi orang lain dan ketidak hadirannya justru disyukuri oleh lingkungannya.
Dalam konteks agama, berdzikir sering di-identikkan dengan
dzikrullah atau mengingat ALLAH yang secara khusus diterapkan dalam sholat atau
bacaan-bacaan seperti tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan sebagainya.
Jika kita kembalikan makna dzikrullah ini pada analogi
sebelumnya, maka dzikrullah pun harus didahului dengan tindakan pikir, yaitu
menganalisa apa saja yang akan dilafaskan atau diperbuatnya dalam kerangka
dzikrullah.
Dengan pengertian lain, bahwa untuk berdzikir kepada ALLAH juga memerlukan ilmu atau pengetahuan yang cukup agar dzikir yang dilakukan menjadi benar dan amalnya tidak sia-sia.
Dengan pengertian lain, bahwa untuk berdzikir kepada ALLAH juga memerlukan ilmu atau pengetahuan yang cukup agar dzikir yang dilakukan menjadi benar dan amalnya tidak sia-sia.
Nabi bersabda dalam 4 hadistnya :
Barangsiapa orang berbuat suatu amalan yang tidak ada
perintah dari kami, maka perbuatannya itu ditolak - Hadist Riwayat Muslim
Barangsiapa yang mengada-adakan dalam ajaran Islam ini
yang tidak ada sumbernya dari Islam, maka urusan itu ditolak
Hadist Riwayat Bukhari-Muslim
yang tidak ada sumbernya dari Islam, maka urusan itu ditolak
Hadist Riwayat Bukhari-Muslim
Berhati-hatilah dari perbuatan yang berlebihan dalam Islam
Karena sesungguhnya kehancuran umat-umat dimasa lalu
Diakibatkan perbuatan yang berlebihan (dalam agamanya)
Hadist Riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas
Karena sesungguhnya kehancuran umat-umat dimasa lalu
Diakibatkan perbuatan yang berlebihan (dalam agamanya)
Hadist Riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas
Tiap-tiap sesuatu yang dibuat tanpa ada petunjuknya (Bid’ah) adalah sesat ; Dan tiap-tiap kesesatan itu dineraka
Hadist Riwayat Muslim
Hadist Riwayat Muslim
Dengan demikian, pikir sebelum dzikir dalam urusan agama,
memiliki hubungan yang sangat erat karena menentukan amalan yang dihasilkan
dari dzikir tadi apakah diterima atau justru ditolak oleh ALLAH sebagaimana
firman-Nya juga :
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan
dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya
Qs. 18 al-kahfi : 104
Qs. 18 al-kahfi : 104
Berdzikrullah tidak hanya habis dengan sholat, membaca
tasbih, tahlil dan tahmid ataupun istighfar saja, sebab jika konteks mengingat
Tuhan dibatasi seperti ini,maka akan berlawanan dengan banyak ayat al-Qur’an lainnya serta bertentangan dengan pemikiran yang wajar.
Ingat kepada Tuhan (dzikrullah) secara luas bisa dilakukan
dengan melakukan observasi atau penelitian terhadap alam semesta yang disebut
sebagai ‘Arsy (singgasana) ALLAH yang terbentang
luas dihadapan kita, karenanya Tuhan berfirman :
Sungguh, dalam penciptaan langit dan bumi
dan terjadinya malam dan siang,
terdapat tanda-tanda bagi orang yang memiliki pikiran
(yaitu) yang mengingat ALLAH sambil berdiri dan sambil duduk dan sambil berbaring - Qs. 3 ali imron : 190 - 191
Sungguh, dalam penciptaan langit dan bumi
dan terjadinya malam dan siang,
terdapat tanda-tanda bagi orang yang memiliki pikiran
(yaitu) yang mengingat ALLAH sambil berdiri dan sambil duduk dan sambil berbaring - Qs. 3 ali imron : 190 - 191
Jelas secara logika sehat, tidaklah mungkin kita mampu
melafaskan kalimat tasbih, tahlil atau tahmid dalam setiap waktu seperti isi
lahiriah dari ayat tersebut, karena jika demikian adanya maka tidak akan ada
satupun pekerjaan lain yang bisa diselesaikan akibat ketiadaan waktu karena
dihabiskan hanya untuk dzikrullah tersebut padahal dalam firman sebelumnya
ALLAH justru mengajak kita agar menggunakan akal pikiran dalam memahami
penciptaan langit dan bumi serta malam dan siang.
Saya memahami ayat ini dengan kewajiban manusia (bahkan Jin)
melakukan penggalian ilmu secara simultan atau terus-menerus mulai dari pagi
hingga petang, baik ketika sedang berdiri atau duduk dalam melakukan penelitian
maupun dalam waktu istirahatnya (di-istilahkan dengan berbaring) guna menyibak
rahasia alam semesta dengan cara menemukan teknologi modern sehingga
tersibaklah kebesaran sang maha pencipta yang menjadikan semuanya tanpa
sia-sia.
Hai masyarakat jin dan manusia,
jika kamu sanggup menembus penjuru langit dan bumi, maka lakukanlah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan
Qs. 55 ar-rahman : 33
jika kamu sanggup menembus penjuru langit dan bumi, maka lakukanlah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan
Qs. 55 ar-rahman : 33
Kekuatan disini merupakan terjemahan dari kata “Sulton”,
dan saya cenderung setuju dengan penafsiran kata tersebut sebagai teknologi
canggih sebagaimana penafsiran sejumlah ilmuwan Islam masa kini.
Jadi, kesimpulan akhir dari tulisan ini adalah hendak
memberikan teguran bagi kita semua untuk mau berpikir, mencari ilmu didalam
beribadah agar apa yang dilakukan memang berguna dan mendatangkan amal disisi
Tuhan.
Baik belum tentu benar, sedangkan benar pastilah baik.
Sholat subuh 2 rakaat, jika kita tambah 2 rakaat lagi tentu secara logika baik sekali, namun perbuatan itu justru menjadi sia-sia, karena tidak ada tuntunannya dari Nabi.
Sholat subuh 2 rakaat, jika kita tambah 2 rakaat lagi tentu secara logika baik sekali, namun perbuatan itu justru menjadi sia-sia, karena tidak ada tuntunannya dari Nabi.
Dzikir itu baik, namun jika dzikir yang dilakukan tidak
sesuai dengan tuntunan dari ALLAH atau Nabi-Nya, maka dzikirnya akan nol.
Bisa saja kamu membenci sesuatu padahal sesuatu itu baik
untukmu,
dan bisa saja kamu menyukai sesuatu padahal sesuatu itu buruk untukmu, karena ALLAH itu mengetahui sementara kamu tidak tahu apa-apa - Qs. 2 al-baqarah : 216
dan bisa saja kamu menyukai sesuatu padahal sesuatu itu buruk untukmu, karena ALLAH itu mengetahui sementara kamu tidak tahu apa-apa - Qs. 2 al-baqarah : 216
Hai orang-orang beriman,
ikutilah seruan Allah dan ikutilah seruan Rasul apabila ia menyeru kamu
Qs. 8 al-anfal : 24
ikutilah seruan Allah dan ikutilah seruan Rasul apabila ia menyeru kamu
Qs. 8 al-anfal : 24
apakah mereka tidak berjalan di muka bumi ?
padahal mereka mempunyai hati yang dengan hati itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. - Qs. 22 al-Hajj : 46
padahal mereka mempunyai hati yang dengan hati itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. - Qs. 22 al-Hajj : 46
Jangan kamu mengikuti apa yang kamu tidak ada ilmu
didalamnya
sungguh pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya - Qs. 17 al-israa’ : 36
sungguh pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya - Qs. 17 al-israa’ : 36
Referensi :
1. Bid’ah-bid’ah di Indonesia, Drs. KH. Badruddin Hsubky, Gema Insani Press 1994
2. Soal Jawab masalah agama 3 – 4, A. Hassan, Penerbit Persatuan
3. Tafsir al-furqon, A. Hassan, 1956
1. Bid’ah-bid’ah di Indonesia, Drs. KH. Badruddin Hsubky, Gema Insani Press 1994
2. Soal Jawab masalah agama 3 – 4, A. Hassan, Penerbit Persatuan
3. Tafsir al-furqon, A. Hassan, 1956
Wassalam,