Assalamu'alaykum Wr. Wb,
Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja
diantara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta mengerjakan
amal yang baik, maka mereka akan mendapat ganjaran dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka berduka cita. - Qs. al-Baqarah
2: 62
Mari kita bahas :
1. Sesungguhnya orang-orang yang beriman
Sudah jelas disini orang-orang yang
beriman adalah umatnya Nabi Muhammad Saw, yaitu orang yang mengakui Allah
Tuhannya dan Muhammad Nabi-Nya, termasuk didalamnya orang kafir yang akhirnya
menerima Islam.
2. orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabiin
Yahudi, Nasrani dan Shabi'in adalah
gelar bagi mereka yang bukan umat Muhammad Saw.
Orang Yahudi jelas merujuk pada umatnya
Nabi Musa, dimana mereka-mereka ini menolak menerima Isa dan Muhammad sebagai
Nabi.
Orang Nasrani merujuk pada umatnya Nabi
Isa as, baik mereka itu dari kalangan Israel (termasuk Yahudi) atau diluarnya,
yang jelas disini orang-orang Nasrani adalah mereka yang mengakui akan kenabian
Musa dan juga Isa al-Masih.
Orang-orang shabiin adalah gelar bagi
orang-orang yang beragama diluar umat Muhammad, Isa dan Musa, ada juga yang
mengartikannya sebagai orang yang gemar bertukar agama, ada juga yang
berpendapat bahwa Shabiin ini gelar bagi orang-orang penyembah bintang, namun
saya pribadi lebih memilih pendapat yang pertama.
Satu catatan awal, bahwa orang yang
kafir lalu Islam tidak lagi disebut Yahudi, Nasrani atau Shabiin tetapi ia
disebut orang yang beriman alias Muslim, sehingga ketiga istilah tersebut
kontekstualnya merujuk pada orang-orang yang belum atau tidak mengakui Islam
secara kaffah sesuai ajaran Muhammad Saw.
3. siapa saja diantara mereka yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian serta mengerjakan amal yang baik, maka
mereka akan mendapat ganjaran dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran atas
mereka, dan tidak pula mereka berduka cita
Ayat ini sambungan dari ayat
sebelumnya, kita lihat bahwa disini konteksnya hanya beriman kepada Allah, hari
kemudian dan mengerjakan amal yang baik.
Ayat ini sama sekali tidak disebutkan
mengenai keimanan terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw (Islam
Kaffah, totalitas).
Maksudnya, siapa saja diantara ketiga golongan tersebut (Yahudi, Nasrani dan Shabiin) yang bersih Tauhidnya, tidak mengadakan sekutu bagi Tuhan, percaya adanya hari pembalasan, hari dimana semua rahasia dibuka, semua perbuatan baik dan buruk akan mendapat balasan dan selama hidupnya mereka senantiasa mengerjakan amal kemanusiaan, berbuat baik kepada semua orang, semua makhluk maka mereka-mereka dari ketiga golongan tersebut akan menerima ganjaran dari sisi Allah.
Maksudnya, siapa saja diantara ketiga golongan tersebut (Yahudi, Nasrani dan Shabiin) yang bersih Tauhidnya, tidak mengadakan sekutu bagi Tuhan, percaya adanya hari pembalasan, hari dimana semua rahasia dibuka, semua perbuatan baik dan buruk akan mendapat balasan dan selama hidupnya mereka senantiasa mengerjakan amal kemanusiaan, berbuat baik kepada semua orang, semua makhluk maka mereka-mereka dari ketiga golongan tersebut akan menerima ganjaran dari sisi Allah.
Jadi esensi yang ditekankan adalah
esensi monotheisme atau esensi Tauhid, kesimpulan ini berhubungan erat dengan
kenyataan yang terjadi dalam sejarah ketika Nabi berhadapan dengan para pendeta
Najran, mari kita analisa dialog antara keduanya yang direkam oleh al-Qur'an :
"Hai Ahli Kitab, marilah kepada
suatu kalimat (ketetapan) yang obyektif antara kami dan kamu, yaitu janganlah
kita menyembah melainkan Allah dan janganlah kita menyekutukan sesuatupun
dengan Dia, dan jangan pula sebagian dari kita dijadikan sebagai Tuhan-tuhan
selain dari Allah. ; Jika mereka berkhianat maka hendaklah kamu katakan :
'Lihatlah, kami sesungguhnya adalah orang-orang yang berserah diri ' - Qs. ali
Imron 3:64
Kita baca dari dialog diatas, Nabi sama
sekali tidak mengejar pengakuan para pendeta ahli kitab itu terhadap klaim
kenabiannya, setelah ajakan kepada seruannya tidak diterima, Nabi akhirnya
mengajak pada nilai-nilai luhur monotheisme, artinya kira-kira : tidak apa anda
tidak mengakui saya sebagai Nabi Tuhan asalkan anda tetap memegang prinsip satu
Tuhan.
Dan bila kita kembalikan konsep ini
pada semua cerita yang ada dalam al-Qur'an akan semakin jels betapa masalah
monotheisme ini sangat memegang dominasi kitab suci. Nyaris semua ayat berupa
seruan terhadap ketunggalan Allah tanpa sekutu, dan disisi lain, konsep ini pun
selaras dengan ajakan para Nabi dan Rasul sebelum Muhammad Saw diutus.
Kami tidak mengutus seorang Rasul
sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : "Bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu semua" - Qs. 21 al-anbiya : 25
Jika ini digambarkan sebagai pluralisme
dalam beragama, mungkin benar, tetapi ingat, pluralisme yang kita bahas adalah
pluralisme yang sifatnya monotheisme, bukan pluralisme campur aduk semua konsep
ketuhanan.
Lebih jelas lagi, konsep Trinitas, Trimurti dan sejenisnya tidak termasuk dalam tatanan ini karena mereka jelas bukan bersifat monotheisme. Secara matematika yang sederhana bahwa monotheisme itu kurang lebih hitungan 1 + 2 = 3 dan bukan 1 + 2 = 1. Jika dia sudah menyalahi konsep rasionalisme standar seperti itu maka dia disebut menyimpang.
Lebih jelas lagi, konsep Trinitas, Trimurti dan sejenisnya tidak termasuk dalam tatanan ini karena mereka jelas bukan bersifat monotheisme. Secara matematika yang sederhana bahwa monotheisme itu kurang lebih hitungan 1 + 2 = 3 dan bukan 1 + 2 = 1. Jika dia sudah menyalahi konsep rasionalisme standar seperti itu maka dia disebut menyimpang.
Untuk itu maka hal ini bisa
diselaraskan dengan ayat Allah berikut :
Sesungguhnya agama di sisi Allah
hanyalah Islam. Tetapi orang-orang yang diberi kitab itu tidak berselisihan
kecuali sudah datang pengetahuan kepada mereka dan karena sifat dengki diantara
mereka. Siapa saja yang tidak percaya kepada Allah, maka sungguh Allah itu
sangat cepat penghitungannya. - Qs. ali Imron 3: 19
Islam artinya berserah diri, damai dan
pelakunya disebut Muslim dan Muslimah.
Maksud berserah diri disini berserah
diri kepada Allah yang lam yalid walam yulad, Allah yang Qiyamuhu Binafsihi
ataupun Allah yang Ahad.
Saat Allah menyebut agama disisi-Nya
hanya Islam, maka siapa saja dari golongan yang meyakini akan ke Ahadan Allah,
ke- lam yalid walam yuladnya Allah, ke-Qiyamuhu Binafsihi-nya Allah maka mereka
termasuk dalam defenisi Islam pada ayat ini sekalipun mereka misalnya tidak
mengakui akan kenabian Muhammad.
Lalu bagaimana bisa orang yang tidak
mengakui kenabian Muhammad dimasukkan dalam golongannya Allah ?
Kita harus ingat bahwa Allah itu
bersifat adil, dan adilnya Allah itu tidak bisa kita batasi dengan keadilan
menurut permodelan peradilan para penegak hukum kita.
Sekarang, bagaimana Allah bisa kita
sebut adil jika Dia menyiksa umat yang notabene hidup dipedalaman, jauh dari
jangkauan orang luar dan peradaban modern apalagi sampai bisa mengenal dan
memeluk Islam sebagaimana umat Muhammad ? Sementara fakta bahwa diantara mereka
belum ada Rasul yang diutus Allah ? baik Rasul dalam makna Nabi maupun Rasul
dalam makna luas seperti ustadz, ulama, cendikiawan muslim dan sebagainya.
Apa salah mereka sehingga harus
menerima hukuman Tuhan atas ketidak tahuannya itu ? padahal dalam al-Qur'an
ditulis :
Kami tidak akan mengazab suatu kaum
sebelum Kami mengutus seorang Rasul - Qs. 17 al-israa’ : 15
Tidak ada suatu umatpun melainkan telah
ada padanya seorang pemberi peringatan - Qs. 35 faathir : 24
Kami tidak mengutus seorang Rasulpun,
melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dan
dimengerti oleh mereka - Qs. 14 Ibrahim : 4
Karena itulah kenapa Islam tidak
sesempit yang dipahami banyak orang, Islam itu begitu universal sehingga saking
universalnya Islam disebut sebagai rahmatan lil 'alamin, Islam pembawa rahmat
bagi alam semesta, bagi seluruh makhluk. Hanya orang pandir saja yang ribut
mengenai Islam malah gontok-gontokan saling berebut mengkafirkan antar jemaah
padahal mereka sendiri umumnya sama-sama Islam, sama-sama bertauhid.
Lalu, dalam realitas sekarang ini,
masih adakah orang-orang yang dimaksud oleh Qs. al-Baqarah 3 ayat 62 diatas ?
Saya jawab - MASIH -.
Kita tahu orang-orang Yahudi masih
hidup dan sebagian besar dari mereka bukan pemeluk ajaran Isa entah ajaran
monotheismenya maupun ajaran penyimpangan model Paulus dengan polytheismenya,
mayoritas orang Yahudi yang hidup sekarang adalah mereka yang menjunjung tinggi
kenabian Musa as., mereka adalah orang-orang yang bertauhid kepada Allah.
Namun memang sayang, dari jumlah sekian
itu banyak pula orang-orang Yahudi yang menjadikan alim ulamanya, para
pemimpinnya sebagai tuhan-tuhan yang harus ditaklidkan yang harus di-ikuti
sekalipun mereka salah sebagaimana hal ini sudah disinggung oleh al-Qur'an
sendiri :
Mereka menjadikan orang-orang alimnya
dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah - Qs. at-Taubah 9:31
Tetapi fakta juga bahwa selalu ada
peluang 1 dari 100 orang Yahudi yang bejat adalah seorang Yahudi yang tauhidnya
oke, tingkah lakunya oke, gemar berbuat kebaikan dan percaya akan hari
berbangkit.
Itu untuk kaum Yahudi, lalu bagaimana
dengan kaum Nasrani ?
Sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak
semua pemeluk Kristen dewasa ini setuju dengan paham Trinitas, fakta bahwa ada
juga yang menyebut diri mereka orang-orang Kristen Yehovah dengan Watch
Towernya. Jemaah ini menolak keras penuhanan al-Masih, bagi mereka Isa adalah
Isa, seorang manusia dan Isa bukan Tuhan. Bagi mereka Tuhan adalah satu, tidak
beranak dan tidak juga menjelmakan diri sebagai makhluk.
Golongan ini jelas secara prinsip
memenuhi standar Tauhid pada surah al-Baqarah ayat 62.
Lalu bagaimana pula dengan kaum Shabiin
?
Saya ingat pernah membaca pengalaman
pengembaraan almarhum Ahmad Deedat ke Afrika Selatan ditengah masyarakat Zulu,
disana ia menemukan kaum yang menyebut Tuhan mereka dengan nama uMVELINQANGI,
lalu di India menurut beliau ada juga yang menyembah Tuhan bernama PRAMATMA,
Bangsa Aborigin di Australia Selatan memanggil Tuhannya dengan istilah ATMATU
dan semua Tuhan-tuhan tersebut berdasarkan penyelidikan Ahmad Deedat tidak
mencerminkan sistem polytheisme, artinya itu adalah konsep Tauhid atau
monotheismenya masing-masing kaum (Lihat : Ahmed Deedat, Allah dalam dalam
Yahudi, Masehi, Islam, terj.H. Salim Basyarahil, H. Mul Renreng, Penerbit Gema Insani
Press, Jakarta, 1994, hal. 21-28), dan ini mengindikasikan terpenuhinya
kriteria Qs. al-Baqarah ayat 62.
Dengan demikian, terbukti bahwa ayat
al-Qur'an memang benar dan selalu uptodate, tidak ada kontradiksi antara satu
dengan lain ayat atau konflik antar ayat dengan kenyataan.
Pertanyaan susulan : Kalau begitu untuk
apa Muhammad diutus ? orang cukup monotheisme saja selesai ... masuk syurga.
Saya jawab, bahwa sebelum pengutusan
Muhammad, semua Nabi dan Rasul diutus bersifat kedaerahan, artinya mereka
diutus untuk masing-masing lokasi dimana mereka berdomisili, belum ada Rasul
yang mencakup semua wilayah jikapun Isa disebut-sebut sebagai orangnya maka ini
hanyalah karang-karangan orang saja, sebab sepanjang hidupnya Isa al-Masih
tidak pernah berdakwah diluar bangsa Israel bahkan termasuk gerakan dakwah para
murid-muridnya.
Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus
dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa
lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada
domba-domba yang hilang dari umat Israel." - Matius 10:5-6
Faktor lain diluar masalah kedaerahan tadi, pengutusan Muhammad berfungsi juga sebagai pelurus jalan, pembaik akhlak.
Fakta juga berbicara bahwa tidak ada
ajaran Nabi dan Rasul sebelumnya yang masih murni tak bernoda, semuanya sudah
dimanipulasi, semua sudah didistorsi tangan-tangan jahil manusia sehingga
tercampurlah antara ajaran langit dengan ajaran bumi, antara benar dan salah,
mitos berbaur dengan fakta. Jika sudah demikian adanya, bagaimana bisa konsep
monotheisme Tuhan menyebar keseluruh dunia sebagai sifat Rahman dan Rahimnya
Allah ? Fakta, berapa banyak orang jawa yang ber-KTP Islam tetapi mereka tetap
percaya, tetap takut, tetap hormat, tetap memberikan sajen pada setan penghuni
laut selatan ? berapa sih jumlah total orang Yehovah seluruh dunia ? berapa
prosentase orang Yahudi yang bertauhid diantara milyaran manusia didunia ?
Ini artinya tanpa pengutusan Muhammad,
secara kausalita, secara hukum alam sebab akibat, tidak ada jaminan
konsep-konsep Monotheisme Tuhan menyebar dan merangkul keberbagai benua. Bukti
harus ada wadah yang mempersatukan, dan wadah itulah Islam.
Pertanyaan lagi : okelah kita akui
Muhammad, tetapi lantas apa beda orang Islam yang mengikuti Muhammad dengan
kaum monotheisme diluar umat Muhammad ? toh semuanya menurut surah al-Baqarah
tadi sama-sama mendapat ganjaran dari sisi Allah ?
Saya jawab : Susu saja ada yang standar
dan ada yang gold.
Misal saya ambil contoh susu anak saya
bermerek Chil-Kid, ada 2 versi, Chil-Kid biasa dan Chil-Kid Platinum.
Dua-duanya sama-sama susu pertumbuhan,
sama-sama produksi Morinaga tetapi berbeda, yang satu standar artinya apa yang
biasanya ada dalam susu pertumbuhan merek lain pun terkandung didalamnya dan
yang Platinum ada beberapa penambahan nutrisi, peningkatan gizi dan sebagainya.
Jadi ada perbedaan value.
Anda mau yang biasa-biasa saja ya beli
saja Chil-Kid standar, tapi kalau anda mau yang lebih ... maka belilah Chil-Kid
yang Platinum.
Itu makanya syurga Allah itu
bertingkat, tidak hanya tingkat dalam kedudukan antar umat Muhammad berdasarkan
takwa mereka tetapi juga tingkat dengan diluar umat Muhammad.
Sekarang, kalau anda bisa menjangkau
tingkat Platinum ... kenapa masih harus memilih yang biasa saja ?
Atasan saya dikantor paling benci
dengan orang yang kerjanya hanya bersifat standar, artinya karyawan yang
bersangkutan tidak punya nilai lebih, kerja ya masuk pas jam masuk, pulang pas
jam pulang, akhir bulan dapat gaji. Tapi sama sekali tidak ada Value Add
darinya.
Dunia ekonomi pun berprinsip sama,
ingin mendapatkan nilai tambah.
Bahkan menurut Nabi sendiri, orang yang
harinya sama dengan kemarin adalah orang yang rugi. Maknanya : setiap hari
setiap orang itu harus memiliki nilai tambah, minimal bagi dirinya sendiri.
Inilah salah satu maksud dari ayat :
Demi masa, sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman - Qs.
al-'Ashr 103: 1 s/d 3
Saat seseorang tidak mempunyai nilai
tambah, maka di rugi.
Saat seseorang hanya menginginkan
monotheisme standar, dia juga rugi.
Kecuali dia menerima konsep monotheisme
platinum, yaitu menjadi orang yang beriman, maksudnya beriman tidak hanya
kepada monotheisme Tuhan namun juga mengikut konsep monotheisme Kaffah yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Terakhir ... jika anda digaji standar
Rp. 1.000.000 / bulan terus selama bertahun-tahun tidak mengalami peningkatan
apa keluhan anda ? intinya anda merasa dirugikan. Lalu ada kesempatan bagi anda
untuk mendapatkan gaji diatas itu dan terus bertambah berdasarkan nilai lebih
anda diperusahaan... masih tidak maukah anda mendapatkannya ? Jika jawaban anda
mau, maka mari sama-sama kita mengikuti apa yang diajarkan oleh Muhammad.
Wassalam,