Jaman keemasan Islam yang berlangsung
selama periode Abbasiyah di Baghdad (750-1258) dan Umaiyah di Spanyol
(755-1492), tinggal kenangan belaka.
"Pada jaman orang-orang Eropa
masih menyelam dalam kebiadaban yang teramat gelap, Baghdad dan Cordova, dua
kota raksasa Islam telah menjadi pusat peradaban yang menerangi seluruh dunia
dengan cahaya gilang gemilangnya." demikian kata Dr. Gustave Le Bone.
Dalam permulaan abad pertengahan tak
satu bangsapun yang lebih besar sumbangannya untuk proses kemajuan manusia
selain dari bangsa Arab. Mahasiswa-mahasiswa Arab sudah asyik mempelajari
Aristoteles tatkala Karel Agung bersama pembesar-pembesarnya masih asyik
belajar menulis namanya. Disekitar abad X, Cordova adalah kota kebudayaan yang
ternama di Eropa dengan Konstantinopel dan Baghdad merupakan kota-kota pusat
kebudayaan didunia.
Demikianlah sekilas pandangan bila kita
mempercayai sejarah jaman keemasan Islam dimasa lampau. Ataukah sejarah
tersebut telah mendustai kita ?
Kepada mereka yang menjadi pekerjaannya
silahkan mengadakan penelitian kembali, dan kepada mereka yang mempercayai
catatan sejarah itu bangga dan bergembira hatilah. Lalu bertanyalah: Kenapa
sedemikian mengagumkannya Islam dimasa itu ? Dan kenapa golongan Islam sekarang
ini bisa dipecundangi oleh golongan lain sedemikian hinanya ? Sekian banyak
lagi pertanyaan kita ajukan, tetapi kepada siapa ?
Barangkali belum pernah Islam
menghadapi bencana yang lebih besar dari apa yang mereka hadapi pada dewasa
ini. Begitu besar tantangan yang yang harus dihadapinya sehingga dia dipaksa
"menyerah kalah" kepada "Tuhan dunia" yang baru.
*Tuhan dunia yang baru itu tak lain
daripada kaum Imperialisme, Materialisme, kelompok Eksistensialis, Orientalis
dan Atheis serta Skeptik. Manusia tidak lagi percaya bahwa Tuhan adalah
"penyelamat bumi dan langit" yang Maha Sempurna bahkan sebagian besar
orang Islam sendiri sudah tidak pula mempercayai-Nya.
Mereka mencari ide-ide baru dalam
rangka menyusun sistem kenegaraan yang mereka pikir sangat ideal. Mereka
menggali pula "pendapat" baru untuk menata masyarakat. Dan semua
golongan itu mereka temukan dalam kepada golongan yang telah disebutkan diatas.
Lalu mereka memuja isi kepala (otak) penemu-penemu ide baru itu dan mereka
pikir dengan demikian mereka telah menemukan tatanan baru.
Satu pertanyaan:
Jika manusia telah menemukan tatanan baru yang disebut Ideal itu benar adanya, mengapa kejadiannya malah sebaliknya ?
Jika manusia telah menemukan tatanan baru yang disebut Ideal itu benar adanya, mengapa kejadiannya malah sebaliknya ?
Bukan masyarakat ideal yang mereka
temui tetapi malah keadaan masyarakat yang kacau balau !
Diluar kawasan Islam telah terjadi
konfrontasi antara ilmu dengan agama. Hal itu terjadi dalam jaman tengah
dibarat. Setiap keterangan ilmu yang tidak sepaham dengan gereja segera
dibatalkan oleh Kepala Gereja. Itulah yang terjadi pada Astronom Nicholas
Copernicus (1507) yang menghidupkan kembali ajaran orang-orang Yunani dijaman
purba yang mengatakan bahwa bukan matahari yang berputar mengelilingi bumi
sebagaimana ajaran gereja dan tercantum pada Yosua 10:12-13, melainkan bumi
yang berputar dan mengedari matahari.
Galileo Gelilei yang membela teori
tersebut pada tahun 1633 diancam hukuman bakar seandainya dia tidak mencabut
kembali teori tersebut oleh Inkuisisi, yaitu organisasi yang dibentuk oleh
gereja Katolik Roma yang menyelidiki ilmu klenik sehingga sikap gereja yang
kaku itu telah menimbulkan tuduhan bahwa agama menjadi penghalang bagi
kemerdekaan berpikir dan kemajuan ilmu.
Dari keadaan demikian terjadilah
berbagai pemberontakan dari dalam.
Pada tahun 1517 terjadi reformasi yang dipelopori oleh Martin Luther sehingga menimbulkan kelompok Protestan.
Pada tahun 1517 terjadi reformasi yang dipelopori oleh Martin Luther sehingga menimbulkan kelompok Protestan.
Pada tahun 1992, yaitu setelah 359
tahun kecaman kepada Galileo dilontarkan oleh pihak gereja, akhirnya gereja
Katolik Roma secara resmi mengakui telah melakukan kesalahan terhadap Galileo
Gelilei dan Paus Yohanes Paulus II sendiri telah merehabilitasinya.
Rehabilitasi diberikan setelah Paus
Paulus menerima hasil studi komisi Akademis Ilmu Pengetahuan Kepausan yang dia
bentuk 13 tahun sebelumnya dengan tugas menyelidiki kasus itu. Komisi ini
memberitahukan, anggota Inkuisisi yang mengecam Galileo telah berbuat
kesalahan. Mereka menetapkan keputusan secara subjektif dan membebankan banyak
perasaan sakit pada ilmuwan yang kini dipandang sebagai bapak Fisika
Eksperimental itu.
"Kesalahan ini harus diakui secara
jantan sebagaimana yang Bapa Suci minta", demikian kata ketua Komisi
Kardinal Paul Poupard pada Paus Paulus dalam suatu upacara.
Paulus Yohanes dan beberapa
pendahulunya mengakui bahwa gereja melakukan kesalahan, tapi para ilmuwan mengkritik
Vatican karena tidak bergerak cepat untuk meluruskan masalah itu secara resmi.
Jauh sebelum Paus Yohanes Paulus II
merehabilitasi Galileo, Napoleon Bonaparte seorang tokoh besar Prancis pernah
menyatakan mengenai ketidak seimbangan antara iman dan akal yang telah
diterapkan dalam Bible sehingga dia menjadi murtad dari agamanya tersebut dan
beralih kepada Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang membuka diri
terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi sebagai salah satu sarana
dalam pencapaian kepada Tuhan.
Selanjutnya perkembangan berpikir
semakin pesat dan ilmu pengetahuan pun semakin berkembang dan melahirkan
pendapat bahwa segala sesuatu itu dapat dijangkau oleh daya pikir. Segala
sesuatu yang tidak masuk akal adalah nol, tidak ada. Dalam masa itu muncullah
Rene Descartes (1598-1650) tampil kepanggung revolusi.
Hanya buah pikiran yang terang
benderang yang dapat diterima. Dia berpendapat bahwa alam itu berjalan secara
mekanis. Descartes juga berpendapat bahwa hanya akallah yang menjadi sumber
pengetahuan.
Begitu juga dalam soal kenegaraan,
Machiavelli (1469-1527) tampil mewakili pendapat baru. Dia mengobarkan
pemisahan gereja dan agama serta kenegaraan harus dipisahkan.
Ketika Laplace mengantarkan bukunya
tentang Astronomi kepada Napoleon sebagai persembahan, Napoleon bertanya:
"Mengapa saya tidak mendapatkan nama Tuhan dalam buku anda ?" Laplace
menjawab : "Baginda, Dia tidak diperlukan."
Memang Laplace tidak terlalu keliru
jika dilihat dari batasan-batasan fisika Matematik atau Astronomi itu sendiri;
mencampur adukkan teologi dengan Astronomi boleh jadi justru akan menghancurkan
kedua-duanya. Persepsi yang baik dari teori ini mengatakan: "Jangan
mengambil nama Tuhan agar Tuhanmu tidak gagal."
Pada akhirnya tampil pula golongan
Materialisme, paham mana memperkuat barisan anti agama. Golongan Atheisme
kemudian mengatakan bahwa : Tuhan adalah manifestasi dari khayalan manusia,
oleh karenanya agama adalah racun bagi rakyat. Demikianlah kelak yang menjadi
doktrin Karl Marx.
Manifestasi atau sebab dari revolusi
pikiran itu kemudian melahirkan berbagai bentuk filsafat dan tatanan masyarakat
"dunia baru" sebagaimana yang nampak dewasa ini. Salah satu yang
jelas adalah Imperialisme. Kemudian terpisahnya agama dari gelanggang politik
dan ekonomi. Agama yang tersebut diatas dianggap "tidak mampu memberikan
interpretasi" atas kemajuan serta pesatnya ilmu manusia bumi, Dan terakhir
tibalah jaman Individualisme.
Allah Swt telah menentukan bahwa
kesadaran manusia datangnya berangsur, bertahap sesuai dengan perkembangan
peradaban yang Dia tetapkan lebih dahulu.
Dalam hal pentafsiran kitabullah, umat
Islam tidak bisa terpaku hanya kepada penafsiran atau penterjemahan AlQur'an
yang sudah ada saja, sebab seiring dengan perkembangan tata bahasa dan
pengertian serta perkembangan dari peradaban ilmu dan tekhnologi, maka akan
banyak pula istilah-istilah yang lebih tepat didalam pengartian suatu ayat.
Bahasa Arab adalah bahasa yang indah,
penuh khasanah seni, makna serta arti dan sebagainya.
Setiap orang boleh mengungkapkan makna
kitab suci AlQur'an. Karenanya penafsiran AlQur'an bukan monopoli para imam dan
mudjtahid (pemimpin agama dan pemegang wewenang tertinggi dalam bidang hukum).
Islam bukanlah agama yang penuh
misteri, begitupun AlQur'an sebagai kitab sucinya, yang hanya dapat dimengerti
oleh sekelompok jemaah tertentu.
Rasulullah Muhammad Saw tidak
meninggalkan dunia yang fana ini kecuali setelah ia menyampaikan amanat dan
menunaikan risalahnya. Rasulullah kemudian meminta para keluarganya,
pengikutnya dan semua sahabat-sahabatnya untuk menyebarluaskan dan menyampaikan
ajaran-ajaran Ilahi yang telah mereka peroleh darinya.
Bahwa AlQur'an seharusnya dipandang
sebagai sumber dari segala keilmuan, tidak perlu dipermasalahkan lagi bagi umat
Islam. Banyak kaum intelegensia Muslim yang mengungkapkan bagaimana
penemuan-penemuan ilmiah yang paling mutakhir sekalipun ada diungkapkan dengan
bahasa simbolik atau juga nyata dalam AlQur'an.
Secara apriori mengasosiasikan Qur-an
dengan Sains modern adalah mengherankan, apalagi jika asosiasi tersebut
berkenaan dengan hubungan harmonis dan bukan perselisihan antara Qur-an dan
Sains. Bukankah untuk menghadapkan suatu kitab suci dengan pemikiran-pemikiran
yang tidak ada hubungannya seperti ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal
yang paradoks bagi kebanyakan orang pada jaman ini ?
Sesungguhnya orang yang membaca
AlQur'an secara teliti dalam upaya memahami bagaimana pendiriannya terhadap
Sains, ia akan mendapatkan sekumpulan ayat-ayat yang jelas, terbentang menurut
empat bagian yang semua aspeknya mengarah kepada masalah ilmiah.
1. Masalah-masalah yang berkaitan
dengan hakikat Sains dan arah serta tujuannya mengenai apa yang dapat diketahui
dengan filsafat Sains dan teori makrifat.
2. Metode pengungkapan tentang
hakikat-hakikat ilmiah yang bermacam-macam.
3. Menampakkan sekumpulan hukum-hukum
dan peraturan-peraturan dilapangan Sains yang bermacam-macam, terutama fisika,
geographi dan ilmu hayat.
4. Menghimbau manusia agar
mempergunakan hukum-hukum dan peraturan-peraturan tersebut.
Semua ayat AlQur'an itu diturunkan
mengandung hal-hal yang logis, dapat dicapai oleh pikiran manusia, dan AlQur'an
itu dijadikan mudah agar dapat dijadikan pelajaran atau bahan pemikiran bagi
kaum yang mau memikirkan sebagaimana yang disebut dalam Surah Al-Qamar ayat 17
:
"Dan sesungguhnya telah Kami
mudahkan AlQur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran
?"
(QS. 54:17)
(QS. 54:17)
"Dan sesungguhnya Kami telah
mendatangkan Kitab kepada mereka, Kami jelaskan dia (kitab itu) atas dasar ilmu
pengetahuan; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."
(QS. 7:52)
(QS. 7:52)
Surah 3, Ali Imran ayat 7 menyatakan
bahwa AlQur'an terbagi atas dua babak : Muhkamat dan Mutasyabihat.
"Dia-lah yang menurunkan Kitab
(AlQur'an) kepada kamu. Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah
pokok-pokok isi AlQur'an, dan yang lain mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah /perselisihan/ dan untuk
mencari-cari pengertiannya, padahal tidak ada yang mengetahui pengertiannya
melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya.
Katakanlah:"Kami beriman kepada yang semua ayat-ayatnya itu dari sisi
Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang yang
mau memikirkan."
(QS. 3:7)
(QS. 3:7)
Yang Muhkamat adalah petunjuk hidup
yang mudah dimengerti yang terdapat didalam AlQur'an, termasuk didalamnya
masalah halal-haram, perintah dan larangan serta hal-hal lainnya dimana
ayat-ayat tersebut dapat dipahami oleh siapa saja secara gamblang dan mudah
tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran yang berat.
Sedangkan Mutasyabihat adalah hal-hal
yang susah dimengerti karena berupa keterangan tentang petunjuk banyak hal yang
mesti diteliti dan merangkaikan satu sama lain hingga dengan begitu terdapat
pengertian khusus tentang hal yang dimaksudkan, termasuk didalamnya adalah
dapat diungkapkan melalui kemajuan teknologi dan cara berpikir manusia.
Seandainya AlQur'an itu seluruhnya
muhkamat, pastilah akan hilang hikmah yang berupa ujian sebagai pembenaran juga
sebagai usaha untuk memunculkan maknanya dan tidak adanya tempat untuk
merubahnya. Berpegang pada ayat mustasyabih saja dan mengabaikan ayat Muhkamat,
hanya akan menimbulkan fitnah dikalangan umat.
Juga seandainya AlQur'an itu seluruhnya
mutasyabihat pastilah hilang fungsinya sebagai pemberi keterangan dan petunjuk
bagi umat manusia. Dan ayat ini tidak mungkin dapat diamalkan dan dijadikan
sandaran bagi bangunan akidah yang benar.
Akan tetapi Allah Swt dengan
kebijaksanaanNya telah menjadikan sebagian tasyabuh dan sisanya mustayabihat
sebagai batu ujian bagi para hamba agar menjadi jelas siapa yang imannya benar
dan siapa pula yang didalam hatinya condong pada kesesatan.
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :
"(AlQur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. 3:138)
"(AlQur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. 3:138)
Pengertian harakah (gerakan) dalam
Islam berbeda dengan apa yang diungkapkan sebagian doktrin dan agama lainnya.
Pengertian ini timbul sebagai asas dari keselarasan antara pasangan-pasangan
ini : Material dan Immaterial, fisika dan metafisika, bumi dan langit, ilmu dan
iman, manusia dan Allah.
Hilangnya salah satu ujung dari
ujung-ujung perseimbangan ini akan memisahkan agama Allah dari kemampuan untuk
bergerak dan menyebar.
Disini celah-celah pembicaraan mengenai
pendirian dari Sains, tampaklah kerapatan hubungan tersebut secara kokoh, yaitu
kerapatan hubungan antara AlQur'an dan hakikat Sains serta sumbangsihnya.
Namun ini tidak menghalang-halangi kita
untuk memandang bagian-bagian yang sarat akan setiap hakikat Qur'aniah yang
bersumber dari Ilahi, dan tidak bisa dinamai -secara metaphoris atau figuratif-
hakikat ilmiah yang bersumber dari manusia.
Karena disana ada garis pemisah dilihat
dari segi berubah-ubahnya kedua sumber ini, yaitu garis pemisah yang terbentang
diantara ilmu Ilahi dan ilmu Basyari (manusia).
Ilmu Ilahi yang memberi kita sebagian
pemberiannya dalam AlQur'an itu berisi hakikat-hakikat dan
penyerahan-penyerahan yang mutlak. Sesuatu yang batil tidak datang dari
depannya dan tidak pula dari belakangnya, yaitu ketika pemberian-pemberian ilmu
Basyari menjadi tertahan oleh relativitasnya, kekacauannya dan perubahannya.
Dalam ilmu Basyari tiada hakikat final.
Para ilmuwan sendiri -setelah melalui eksperimen dengan segala perlengkapannya-
berkesudahan sampai kepada hasil ini bahwa pemberian-pemberian Sains hanyalah
kemungkinan-kemungkinan belaka, kadang salah kadang tepat, dan penyingkapan-penyingkapannya
adalah penyifatan bagi yang tampak, bukan interpretasi baginya.
Namun ini tidak berarti bahwa pintu
ijtihad terhadap penafsiran ilmiah ayat-ayat al-Qur'an menjadi tertutup,dengan
segala keterbatasan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah ada,
setidaknya kita mampu membuka pemahaman yang lebih baik dari sebelumnya.
Pandangan ilmiah, walau dipandang
sebagai sesuatu yang sempit dan sepihak, ternyata banyak berjasa bagi umat
manusia, bukan hanya dalam mengembangkan pengetahuan tentang penguasaan
terhadap alam tetapi pengaruhnya terhadap bidang-bidang budaya lain pun sangat
besar.
Sejak jaman dahulu ajaran-ajaran pokok
agama telah bercampur-aduk dengan keterangan-keterangan tentang mekanisme alam,
baik yang bercorak ilmiah rancu [pseudoscientific], mitos maupun yang bersifat
legendaris. Intuisi dasar manusia menyatakan bahwa semua kebenaran itu satu dan
saling berkaitan satu sama lain karena itu orang mencampur-adukkan semua hal
secara sembrono; fakta dicampur-aduk dan dikacaukan begitu saja dengan nilai.
Orang yang meyakini kebenaran suatu
agama juga disuruh percaya begitu saja kepada segala macam mitos penciptaan
sehingga kebenaran agama tertutup. Sikap menentang para ilmuwan terhadap agama
terutama disebabkan oleh adanya perbedaan antara ilmu pengetahuan yang telah
teruji mengenai alam dengan mitos-mitos alegorik yang dipaksakan untuk diyakini
sebagai [bukti-bukti] kebenaran tertulis mengenai fakta-fakta kosmologis dan
historis yang ada.
Jasa yang diberikan oleh Sains kepada
umat manusia antara lain terdiri dari pembebasan ajaran-ajaran pokok agama dari
mitos-mitos yang berselubung ilmiah. Dengan perkembangan Sains, maka hubungan
antara Sains dan agama semakin jelas, sedang masalah-masalahnya juga semakin
jelas perbedaannya.
Pada suatu kurun waktu Sains akan
mencapai titik puncak tatkala ia berhasil menjadi filsafat sebagai
suprastruktur bagi keyakinan-keyakinannya yang tertinggi.
Sains akan berkembang terus tanpa batas
dan karena batas batas alam itu tidak ada habisnya maka penemuan tentang
rahasianya pun akan bertambah terus. Namun demikian postulat-postulat Sains
yang tertinggi itu dicipta sekali untuk seluruhnya, dan karenanya tidak
dianggap merendahkan Sains jika teori-teori terdahulu ternyata digantikan oleh
penjelasan-penjelasan lain yang lebih memuaskan sejalan dengan perkembangan
observasi dan eksperimen.
Allah mengajarkan bahwa isi AlQur'an
itu tidak lain dari fitrah manusia, petunjuk bagi manusia untuk mengenal
dirinya dan lingkungannya. Sayangnya umat Islam selama ini cenderung lari dan
mengingkari kefitrahan yang dimaksudkan oleh AlQur'an itu sendiri. Kaum
muslimin tidak lebih mengerti AlQur'an ketimbang orang diluar Islam sendiri.
Agama Islam menjadi asing dalam lingkungannya sendiri, tepat seperti yang
disabdakan oleh Rasulullah.
AlQur'an mengajarkan bahwa tiada iman
yang tidak diuji, karenanya kaum Muslimin harus mempersiapkan diri menghadapai
ujian Allah yang sangat berat sekalipun. AlQur'an juga mengajarkan bahwa ia
merupakan petunjuk yang sebaik-baiknya untuk membina kehidupan umat, itulah
kewajiban kaum Muslimin untuk membuktikan kebenarannya ! Bukan kewajiban Allah
untuk membuktikan kebenaran firmanNya ! Sebab firman itu benar dengan
sendirinya.
Dengan modal kejujuran, kita bisa
membaca sikap kita selama ini: meminta, menuntut agar Allah membuktikan
kebenaran firmanNya ! Karena kita tidak mengerti apa makna ajaran Allah !
Coba anda belajar pada orang Jepang
tentang ilmu membuat mobil dan orang Jepang akan memberikan buku serta
rumus-rumusnya. Tugas anda adalah untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu yang
anda terima dari Jepang, dan bukan menagih agar orang Jepang membangun industri
mobil di Indonesia dengan ilmu-ilmu mereka itu, serta bukan pula dengan jalan
hanya menghapalkan dengan melagukan ilmu-ilmu membuat mobil itu semata dengan
harapan anda akan menjadi pintar dengan sendirinya sehingga tiba-tiba anda bisa
menciptakan mobil tersebut dengan sim salabim !
Begitulah AlQur'an, sebagai satu sarana
untuk menghadapi ujian Allah tentang keimanan, kita harus belajar, belajar,
berjuang dan berjuang agar kita bisa merealisasikan kebenaran ayat-ayat itu.
Memang tidak mungkin jika ilmu Allah termuat dengan rinci dalam AlQur'an,
karena AlQur'an sendiri sudah mengkiaskan bahwa ilmu Allah itu tidak bisa
dituliskan dengan tinta sebanyak air dilautan sekalipun.
AlQur'an hanyalah satu petunjuk yang
menunjukkan bahwa Ilmu Allah terdapat dimana-mana, diluar dan dalam diri
manusia itu sendiri. Suatu petunjuk yang sempurna yang harus dikaji dengan
otak, perasaan dan logika pengetahuan. Bukan sekedar menagih kepada Allah untuk
merealisasikan janji-Nya !
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang
yang mu'min itu keluar semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
? dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya ?"
(QS. 9:122)
(QS. 9:122)
Islam terlahir "TIDAK dengan
bermahdzab", Islam adalah satu.
Tidak ada Islam Hanafi, Islam Hambali atau Islam Syafe'i.
Bahkan 'Islam Muhammad' pun tidak pernah ada, apalagi Islam Ahmadiyah, Ahlussunnah serta Syiah !
Islam adalah agama Allah, agama yang berdasarkan fitrah manusia dan agama yang diturunkan kepada semua Nabi dan Rasul sebelum kedatangan Muhammad Saw.
Tidak ada Islam Hanafi, Islam Hambali atau Islam Syafe'i.
Bahkan 'Islam Muhammad' pun tidak pernah ada, apalagi Islam Ahmadiyah, Ahlussunnah serta Syiah !
Islam adalah agama Allah, agama yang berdasarkan fitrah manusia dan agama yang diturunkan kepada semua Nabi dan Rasul sebelum kedatangan Muhammad Saw.
Seluruh umat Islam bertanggung jawab
untuk menyampaikan dan menyebarluaskan risalah Islam. Tidak ada perbedaan,
kecuali perbedaan kadar dalam memahami Kitabullah dan Sunnah Rasul. Dan tidak
ada seorangpun yang memperoleh izin khusus, sekalipun dia memiliki kemampuan
dan pengakuan yang tertinggi dalam bertabligh untuk dapat menghalalkan yang
diharamkan Allah, atau mengharamkan yang telah dihalalkanNya.
Dan janganlah kamu mengatakan dusta
terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu: "ini halal dan itu
haram", untuk kamu ada-adakan kebohongan atas nama Allah. Sesungguhnya
orang yang mengada-adakan dusta atas nama Allah tiada akan bahagia. (QS.
16:116)
Kondisi umat Islam secara konvensional
sekarang ini telah menunjukkan umat yang terbelakang, cara berpikir yang tidak
strategis tetapi taktis, tidak mengambil prakarsa atau defensif, terbawa
inisiatif kebudayaan dan apologetis yang menyebabkan umat Islam berada diluar
garis perjuangan.
Dalam hal pentafsiran kitabullah,
memahami isi kandungannya, umat Islam tidak bisa terpaku hanya kepada
penafsiran/penterjemahan serta logika orang-orang terdahulu yang yang sudah
pernah ada semata, sebab seiring dengan perkembangan tata bahasa dan pengertian
serta perkembangan dari peradaban ilmu dan tekhnologi, maka akan banyak pula
istilah-istilah yang lebih tepat didalam pengartian suatu ayat, menganalisanya
dengan Ilmu pengetahuan sekaligus memahaminya secara baik.
Setiap orang boleh mengungkapkan makna
kitab suci AlQur'an. Karenanya penafsiran AlQur'an bukan monopoli para imam dan
mudjtahid (pemimpin agama dan pemegang wewenang tertinggi dalam bidang hukum).
Islam bukanlah agama yang penuh
misteri, begitupun AlQur'an sebagai kitab sucinya, yang hanya dapat dimengerti
oleh sekelompok jemaah tertentu.
Manusia dianjurkan oleh Allah melalui
Islam supaya berpikir dan merenungkan kekuasaan serta memperhatikan alam
ciptaan-Nya. Karena berpikir adalah merupakan salah satu dari fungsinya akal
yang dimiliki oleh manusia. Jika akal tidak berfungsi, maka manusia telah
kehilangan milik satu-satunya yang menjadikannya makhluk terbaik dan tidak
dapat lagi berperan dalam kehidupan selaku manusia yang berpredikat
Khalifatullah fil ardl.
Para cendikiawan telah sepakat bahwa
pikiran yang bebas dan akal yang kreatif adalah pangkal kemajuan umat manusia,
sedangkan pikiran yang terbelenggu dan akal yang tidak berinisiatif dan hanya
pandai meniru serta bertaqlid buta menjadi penghambat kemajuan individu dan
umat.
Oleh sebab itulah Rasulullah Saw
mengisyaratkan kepada umatnya tentang fungsi dan kegunaan akal yang sebenarnya
agar manusia tidak salah menempatkan derajat kemanusiaannya.
Dalam salah satu Hadistnya, Rasulullah
Saw bersabda: Bahwa akal itu terbagi dalam tiga bagian/fungsi. Sebagian untuk
Ma'rifatullah, sebagian untuk Tha'tullah dan sebagian lagi untuk Ma'siatillah.
Golongan Materialis dan sejenisnya
menyimpulkan karena Tuhan itu tidak rasionil dan tidak bisa pula dibuktikan
secara laboratories maka Tuhan itu tidak ada ! Mereka hanya bisa mempercayai
sesuatu kalau ada buktinya, ada barangnya.
Manusia dapat mempercayai atom dan
pecahannya karena ia dapat dibuktikan lewat laboratorium. Begitu halnya
gelombang.
Lalu bagaimanakah Tuhan dapat dibuktikan ?
Kenapa orang beragama dan terlebih lagi Islam percaya pada adanya Allah ?
Lalu bagaimanakah Tuhan dapat dibuktikan ?
Kenapa orang beragama dan terlebih lagi Islam percaya pada adanya Allah ?
Emmanuel Kant (1724-1804) seorang
filusuf besar Jerman yang masih besar pengaruhnya sampai sekarang dalam
berbagai lapangan hidup pada jaman Rasionalisme abad ke-18 semboyannya ialah
"Sapere Aude" => Beranikan mengunakan akalmu !
Namun dalam bukunya Kritik der
theoritiche vernunft ditandaskan bahwa penyelidikan dengan akal benar dapat
memberikan suatu pengetahuan tentang dunia yang nampak itu, akan tetapi akal
sendiri tidak sanggup memberikan kepastian-kepastian dan bahwa berkenaan dengan
pertanyaan-pertanyaan terdalam tentang Tuhan, manusia, dunia dan akhirat akal
manusia tidak mungkin memperoleh kepastian-kepastian melainkan hidup dalam
pengandaian-pengandaian beragam postulat.
E. Kant yang raksasa ahli pikir itu
insyaf bahwa hakekat itu tidak dapat dicapai dengan akal yang terbatas ini.
Baru akan bertemu bila akal dipisahkan dari diri dan dijadikan orang ketiga
untuk mempertemukan si aku dan si dia, padahal itu mustahil.
Untuk mengenal Allah, maka jalan
satu-satunya ialah memikirkan, merenungkan dan menyelidiki makhluk ciptaan-Nya
disamping mengenal sifat-sifatNya yang dapat dijadikan pegangan dan sekaligus
akan melahirkan sifat atau sikap yang terpuji bagi seseorang.
Tanyakanlah pada diri anda sendiri
"Mengapa bumi dan langit bisa sehebat ini, bagaimana
jaring-jaring kehidupan (ekologi) bisa secermat ini, apa yang membuat semilyar atom bisa berinteraksi dengan harmoni, dan dari mana hukum-hukum alam bisa seteratur ini ?".
jaring-jaring kehidupan (ekologi) bisa secermat ini, apa yang membuat semilyar atom bisa berinteraksi dengan harmoni, dan dari mana hukum-hukum alam bisa seteratur ini ?".
Pada masa lalu, keterbatasan
pengetahuan manusia sering membuat mereka cepat lari pada
"sesembahan" mereka setiap ada fenomena yang tak bisa mereka mengerti
(misal petir, gerhana matahari). Kemajuan ilmu pengetahuan alam kemudian mampu
mengungkap cara kerja alam, namun tetap tidak mampu memberikan jawaban, mengapa
semua bisa terjadi.
Ilmu alam yang pokok penyelidikannya
materi, tak mampu mendapatkan jawaban itu pada alam, karena keteraturan tadi
tidak melekat pada materi. Contoh yang jelas ada pada peristiwa kematian. Meski
beberapa saat setelah kematian, materi pada jasad tersebut praktis belum
berubah, tapi keteraturan yang membuat jasad tersebut bertahan, telah punah,
sehingga jasad itu mulai membusuk.
Bila di masa lalu, orang mengembalikan
setiap fenomena alam pada suatu "sesembahan" (petir pada dewa petir,
matahari pada dewa matahari), maka seiring dengan kemajuannya, sampailah
manusia pada suatu fikiran, bahwa pasti ada "sesuatu" yang di
belakang itu semua, "sesuatu" yang di belakang dewa petir, dewa laut
atau dewa matahari, "sesuatu" yang di belakang semua hukum alam.
Kemampuan berfikir manusia tidak
mungkin mencapai zat Tuhan. Manusia hanya memiliki waktu hidup yang terhingga.
Jumlah materi di alam ini juga terhingga. Dan karena jumlah kemungkinannya juga
terhingga, maka manusia hanya memiliki kemampuan berfikir yang terhingga.
Sedangkan zat Tuhan adalah tak terhingga (infinity).
Karena itu, manusia hanya mungkin
memikirkan sedikit dari "jejak-jejak" eksistensi Tuhan di alam ini.
Adalah percuma, memikirkan sesuatu yang di luar "perspektif" kita.
Karena itu, bila tidak Tuhan sendiri
yang menyatakan atau "memperkenalkan" diri-Nya pada manusia, mustahil
manusia itu bisa mengenal Tuhannya dengan benar. Ada manusia yang
"disapa" Tuhan untuk dirinya sendiri, namun ada juga yang untuk
dikirim kepada manusia-manusia lain. Hal ini karena kebanyakan manusia memang
tidak siap untuk "disapa" oleh Tuhan.
Tuhan mengirim kepada manusia utusan
yang dilengkapi dengan tanda-tanda yang cuma bisa berasal dari Tuhan. Dari
tanda-tanda itulah manusia bisa tahu bahwa utusan tadi memang bisa dipercaya
untuk menyampaikan hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin diketahuinya dari
sekedar mengamati alam semesta. Karena itu perhatian yang akan kita curahkan
adalah menguji, apakah tanda-tanda utusan tadi memang autentik (asli) atau
tidak.
Pengujian autentitas inilah yang sangat
penting sebelum kita bisa mempercayai hal-hal yang nantinya hanyalah
konsekuensi logis saja. Ibarat seorang ahli listrik yang tugas ke lapangan,
tentunya ia telah menguji avometernya, dan ia telah yakin, bahwa avometer itu
bekerja dengan benar pada laboratorium ujinya, sehingga bila di lapangan ia
dapatkan hasil ukur yang sepintas tidak bisa dijelaskanpun, dia harus percaya
alat itu.
Karena yakin akan autentitas
peralatannya, seorang astronom percaya adanya galaksi, tanpa perlu terbang ke
ruang angkasa, seorang geolog percaya adanya minyak di kedalaman 2000 meter,
tanpa harus masuk sendiri ke dalam bumi, dan seorang biolog percaya adanya
dinosaurus, tanpa harus pergi ke zaman purba.
Keyakinan pada autentitas inilah yang
disebut "iman". Sebenarnya tak ada bedanya, antara "iman"
pada autentitas tanda-tanda utusan Tuhan, dengan "iman"-nya seorang
fisikawan pada instrumennya. Semuanya bisa diuji. Karena bila di dunia fisika
ada alat yang bekerjanya tidak stabil sehingga tidak bisa dipercaya, ada pula
orang yang mengaku utusan Tuhan tapi tanda-tanda yang dibawanya tidak kuat,
sehingga tidak pula bisa dipercaya.
Tanda-tanda dari Tuhan itu hanya
autentik bila menunjukkan keunggulan absolut, yang hanya dimungkinkan oleh
kehendak penciptanya (yaitu Tuhan sendiri). Sesuai dengan zamannya, keunggulan
tadi tidak tertandingi oleh peradaban yang ada. Dan orang pembawa keunggulan
itu tidak mengakui hal itu sebagai keahliannya, namun mengatakan bahwa itu dari
Tuhan !!!
Pada zaman Nabi Musa, ketika ilmu sihir
sedang jaya-jayanya, Nabi Musa yang diberi keunggulan mengalahkan semua ahli
sihir, justru mengatakan bahwa ia tidak belajar sihir, namun semuanya itu hanya
karena ijin Tuhan semata.
Demikian juga Nabi Isa, seperti yang
tercantum dalam kitab Yohanes 7 ayat 16 s/d 18 :
Jawab Yesus kepada mereka:
"Ajaranku tidak berasal dari diriku sendiri, tetapi dari Dia yang telah
mengutus aku. Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah
ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.
Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya.
Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya.
Nabi Muhammad Saw datang membekal AlQur'an sebagai mukjizat terbesarnya sepanjang sejarah peradaban yang dipenuhi dengan berbagai kandungan ilmu pengetahuan baik agama/KeTuhanan maupun sisi ilmiah yang beberapa diantaranya baru ditemukan kebenarannya oleh para ahli diabad ke-20.
Tapi Rasulullah Saw tidak mengklaim
bahwa itu semua hasil karyanya sendiri, melainkan dia mengatakan bahwa itu
semua dari Tuhan sesuai dengan pesan Nabi Isa Almasih didalam Bible yang
beredar sekarang.
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh
Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak
akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang
didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu
hal-hal yang akan datang. (Kitab Injil Yohanes 16:13)
Katakanlah: "Aku bukanlah Rasul
yang pertama di antara Rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan
diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah
mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang
pemberi peringatan yang memberi penjelasan". (QS. 46:9)
Inti dari semua penulisan yang baru
anda baca diatas hanyalah satu kesepakatan, yaitu harus adanya keseimbangan
didalam beragama, iman dan akal merupakan perpaduan yang harmonis didalam
Islam, seperti Hadis Nabi yang sering pula diungkapkan oleh K.H.Abdullah
Gymnastiar : Jika ingin dunia maka milikilah ilmu, bila ingin akhirat miliki
juga ilmu, bila ingin keduanya, maka pelajarilah ilmu.
Wassalam,