Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Berbicara mengenai makhluk
luar angkasa akan membawa kita pada kontroversi berkepanjangan yang sampai hari
ditulisnya buku ini pun perdebatan dikalangan ilmuwan dan juga agamawan terus
berlanjut. Tidak ada kata sepakat mengenainya. Ada yang mengkaitkan mereka
dengan makhluk jenis Jin, ada juga yang berpendapat bahwa mereka benar-benar
ada dan berupa makhluk tersendiri terpisah dari jenis manusia dan jin, ada juga
yang mengingkari keberadaannya dan menganggapnya sekedar berita bohong, isapan
jempol dan imajinasi belaka.
Padahal seperti yang telah
diungkapkan oleh Syaikh Muhammad al-Ghazali dalam bukunya[1], bahwa
bumi yang kita diami ini tidaklah lebih dari sebutir debu dialam semesta yang
amat besar dan megah dan penuh dengan kehidupan dan makhluk hidup. Kita akan
menjadi orang dungu apabila mengira hanya kita sajalah makhluk hidup dalam
wujud semesta yang maha luas ini. Allah telah menciptakan begitu banyak
galaksi, mungkinkah hanya satu planet saja yang berisi kehidupan ?
Alam ini bagi al-Ghazali
sudah penuh sesak dengan makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah yang merujuk
pada wujud-Nya dan bersaksi tentang kebesaran-Nya. Senada dengan pernyataan
ini, penulis Indonesia kontroversial ditahun 80-an asal Sumatera Barat bernama Nazwar
Syamsu[2] berpendapat bahwa banyaknya laporan masyarakat bumi terhadap
penampakan UFO atau piring terbang harus menjadi alasan positip yang
mengkuatkan adanya kehidupan manusia bermasyarakat diplanet lain seperti halnya
yang ada diplanet kita ini.
Namun berbeda dengan
keduanya, Muhammad Isa Dawud dengan semua uraiannya yang panjang lebar
didalam bukunya menyatakan bahwa semua misteri seputar keberadaan piring
terbang ataupun makhluk luar angkasa tidak lain hanyalah perbuatan dan tipu
daya Iblis bersama Dajjal yang memiliki markas besar disegitiga Bermuda[3].
Terlepas dari perbedaan
pendapat yang ada diatas tadi, maka bagaimanapun logika mereka tidak ada yang
menyimpang dari apa yang disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya didalam kitab
suci al-Qur’an maupun al-Hadis. Mereka ini pada hakekatnya berbeda dalam cara
penafsiran ayat dan hadis sesuai dengan cara maupun sudut pandang
masing-masing. Tetapi satu hal yang pasti bahwa semua dalil yang mereka
pergunakan sangat patut untuk dijadikan perhatian bagi kita semua, terutama
untuk yang tertarik dalam kajian ini.
Cerita mengenai keberadaan
dari piring terbang dan manusia-manusia dari luar angkasa sendiri sebenarnya
sudah dikenal jauh sebelum teknologi modern manusia dicapai, misalnya
dongeng-dongeng mengenai kerajaan Atlantis atau juga kisah mengenai
kepahlawanan Hercules yang akhirnya kembali kelangit bersama ayahnya Zeus
setelah menyelesaikan tugas dibumi tidak bisa dianggap hanya sekedar cerita
pengantar tidur bangsa Yunani kuno bahkan cerita keperkasaan Gatot Kaca dalam
wayang purwa yang memiliki baju terbang bernama “Kotang Antakusuma” dan helm
“Basunanda” lengkap dengan sepatu pelindung “pada kacarma” juga menjadi suatu
teori tersendiri oleh sejumlah peneliti masalah piring terbang.
Lalu bagaimana sebenarnya
pendapat al-Qur’an sendiri mengenai hal-hal yang masih merupakan misteri besar
ini ?
Kitab suci al-Qur’an memang
tidak bercerita secara jelas (didalam ayat-ayat Muhkamatnya) kepada kita
mengenai keberadaan makhluk hidup diluar manusia berikut planet dimana mereka tinggal.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa secara simbolik (melalui ayat-ayat
Mutasyabihatnya) al-Qur’an juga menolak keabsahan teori-teori tersebut, sebab
sebaliknya justru al-Qur’an menggambarkan kekuasaan Tuhan disemua alam semesta
yang melingkupi seluruh makhluk hidup yang ada dan tersebar disemua penjuru
galaksi.
Dan diantara ayat-ayat-Nya
adalah menciptakan langit dan bumi ; dan Dabbah yang Dia sebarkan
pada keduanya. dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila
dikehendaki-Nya. - Qs. 42 Asy-Syura :29
Dan Allah telah menciptakan
Dabbah dari almaa’; diantara mereka ada yang berjalan diatas perutnya
dan ada juga yang berjalan dengan dua kaki dan sebagiannya lagi berjalan
atas empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki, karena
sesungguhnya Allah berkuasa atas tiap-tiap sesuatu.. - Qs. 24 An-Nur :45
Melalui surah asy-syura
ayat 29 diatas kita memperoleh gambaran dari al-Qur’an bahwa Allah telah
menyebarkan dabbah disemua langit dan bumi yang telah
diciptakan-Nya. Pengertian dari istilah Dabbah ini sendiri bisa
kita lihat pada surah an-Nur ayat 45, yaitu makhluk hidup yang memiliki cara
berjalan berbeda-beda, ada yang merayap seperti hewan melata ada yang berjalan
dengan dua kaki sebagaimana halnya dengan manusia dan ada pula yang berjalan
dengan empat kaki seperti kuda, anjing, kucing dan seterusnya sehingga merujuk
istilah Dabbah yang ada dilangit dengan makhluk berjenis Jin atau
Malaikat saja dan mengabaikan kemungkinan adanya makhluk jenis lain berarti
bertentangan dengan maksud kitab suci sendiri.
Dan hanya kepada Allah saja
bersujud semua yang ada dilangit dan dibumi, mulai dari Dabbah hingga para
malaikat; sementara para malaikat itu tidak pernah berbuat angkuh – Qs. 16
an-Nahl : 49
Karena itu tanpa mengurangi
rasa hormat kita kepada mereka yang menolak keberadaan makhluk hidup diluar
jenis manusia dan jin sekaligus menyatakan bahwa hanya diplanet bumi ini
sajalah makhluk hidup ciptaan Allah, menurut pendapat penulis pribadi, maka
dijaman yang serba modern dan canggih ini apalagi didukung oleh ayat-ayat
al-Qur’an sendiri tidaklah bisa dibenarkan. Adalah mustahil kebohongan
dilakukan oleh hampir separuh penghuni bumi ini dalam waktu yang berbeda dan
bahkan dipisahkan oleh kurun masa berabad-abad dari sekarang.
Su’ud Muliadi[1] misalnya
menyatakan dalam bukunya bahwa laporan paling tua mengenai pesawat dari luar
angkasa yang mendarat dibumi ini berasal dari abad ke-15 sebelum Masehi, yaitu
pada sebuah tulisan Mesir kuno (papirus) yang merupakan bagian dari buku harian
Raja Thutmosis III (1504-1450 SM) yang merupakan raja Mesir terbesar dimasa
lalu dengan daerah kekuasaannya sampai kesungai Euphrat dan Sudan.
Laporan itu terjadi pada
salah satu ekspedisi penaklukkan yang dipimpinnya langsung, dimana dalam
perjalanannya Thutmosis III melihat adanya sebuah lingkaran api muncul
diangkasa dengan panjang sekitar 1 rod atau ± 5 meter tanpa mengeluarkan suara
dan perlahan bertambah tinggi naik keangkasa menuju keselatan dan menghilang
dikegelapan malam.
Seterusnya beberapa
penemuan Arkeologi kerajaan Romawi kuno juga menunjukkan bahwa penampakan dari
piring terbang juga pernah terjadi dimasa lalu. Salah satu penemuan itu berupa
mata uang logam Romawi kuno yang berukiran gambar bintang dan sebuah bola
dengan antena mirip satelit yang ada dijaman kita modern ini. Pendapat awal
yang memperkirakan bahwa bola berantena ini merupakan ukiran matahari akhirnya
kandas setelah penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan adanya kenyataan empat
sinar cahaya dari bola itu dipancarkan dengan cara yang berlainan terhadap cahaya
dari matahari. Apalagi pada mata uang logam tersebut terdapat kata-kata Providentia
Deorum yang memuliakan para dewa dan terdapat seorang wanita dalam wujud
Providentia muncul dari cahaya yang bersinar tersebut[2].
Selanjutnya berturut-turut Yves
Naud dalam bukunya berjudul Peninggalan Masa Lampau yang misterius
dan UFO, dan Erich Von Daniken dengan bukunya Adakah
makhluk lain dari angkasa luar[3] memberikan
kehadapan kita banyak sekali data-data yang memastikan mengenai apa yang telah
disampaikan oleh ayat-ayat al-Qur’an tadi. Bahkan menurut Yves Naud
berdasarkan penelitiannya yang panjang, teknologi yang pernah dicapai oleh
nenek moyang manusia jaman dahulu kala jauh melebihi apa yang sudah dicapai
oleh manusia modern sekarang ini.
Hal ini dibuktikannya
dengan keberadaan Peta Piri Reis yang merupakan suatu peta dengan
rancangan ilmu geografis sangat akurat Konon pada awal abad ke delapan belas,
di istana Topkapi Turki, ditemukan peta-peta kuno. Peta itu adalah milik
seorang perwira tinggi Angkatan Laut Turki Laksamana Piri Reis. Dua buah
atlas yang disimpan di perpustakaan negara di Berlin yang memuat gambar yang
tepat dari laut Tengah dan daerah sekitar laut Mati, juga berasal dari
Laksamana Piri Reis ini. Semua peta ini telah diserahkan kepada Arlington H.
Mallerey seorang Kartograf Amerika untuk diteliti. Mallerey memperkuat
fakta yang luar biasa bahwa semua data geografi terdapat pada peta-peta itu,
tetapi tidak digambar pada tempat yang semestinya. Ia minta bantuan dari Walters
seorang kartograf dari Biro Hidrografi Angkatan Laut Amerika Serikat. Mallerey
dan Walters bersama-sama menyusun suatu skala dan mentransformasikan peta itu
menjadi bola dunia. Mereka membuat penemuan yang menggemparkan.
Petanya memang cermat,
bukan hanya mengenai Laut Tengah dan Laut Mati saja melainkan pantai-pantai
Amerika Utara dan Selatan bahkan garis-garis tinggi Permukaan Samudra Antartika
pun dilukiskan dengan persis sekali pada peta Piri Reis itu. Peta itu bukan
hanya memproduksikan garis besarnya benua-benua melainkan juga topografi dari
daerah-daerah pedalaman. Pegunungan, puncak gunung, pulau, sungai dan dataran
tinggi; semuanya digambarkan de ngan ketepatan yang luar biasa.
Dalam tahun 1957, peta-peta
itu diserahkan kepada Jesnit Lineham, yang menjabat direktur dari Weston
Observatory merangkap juru potret pada Angkatan Laut Amerika Serikat. Setelah
memeriksanya dengan cermat, Lineham pun hanya dapat memperkuat ketepatannya
yang fantastis itu bahkan sampai mengenai daerah daerah yang di masa sekarang
jarang sekali dipelajari. Yang paling menonjol ialah bahwa pegunungan di
Antartika yang baru ditemukan pada tahun 1952, dalam peta Reis telah terdapat.
Pegunungan itu telah tertutup oleh es beratus-ratus tahun lamanya. Peta kita
sekarang dibuat berdasarkan hasil pemetaan dengan menggunakan alat-alat gema
suara. Penyelidikan terakhir yang dilakukan oleh Profesor Charles. H.
Hapgood dan ahli matematika Richard W. Strachan telah memberikan
informasi yang lebih mengherankan lagi. Setelah diadakan perbandingan dengan
hasil pemotretan bulatan dunia kita yang di lakukan secara modern dari satelit,
perbandingan itu menunjukkan bahwa peta aslinya dari Piri Reis itu pasti telah
dibuat berdasarkan hasil pemotretan dari udara dengan ketinggian yang jauh
sekali.
Sebuah kapal ruang angkasa
terbang diam di atas Kairo dan membidikkan kameranya lurus ke bawah, setelah
filmnya dicuci maka akan terdapat gambaran ini; segala sesuatu yang ada dalam
radius kira-kira 5.000 mil dari Kairo akan direproduksikan secara tepat, karena
semuanya ada di bawah lensa. Tetapi negara-negara dan benua-benua di luar
radius itu akan berubah reproduksinya dari keadaan sebenarnya. Semakin jauh
pandangan kita dari titik pusat gambar, semakin banyak penyimpangan atau
perubahan gambarnya. Mengapa ini semua? karena bumi ini berbentuk bulatan,
benua-benua yang jauh dari titik pusat seolah tenggelam ke bawah. Negara
Amerika Selatan misalnya, tampaknya berubah dengan janggal sekali pada ukuran
memanjangnya, persis seperti perubahan pada peta Piri Reis ! Dan juga persis seperti
hasil-hasil pemotretan yang dilakukan satelit buatan dari Amerika.
Bagaimana kita bisa
menjelaskan hal demikian itu, bagaimana mungkin nenek moyang kita mampu membuat
peta seakurat ini dengan pengetahuan mereka yang konon menurut buku-buku
sejarah masih dalam taraf hidup didalam gua dan mengembara (nomaden) ? Tidakkah
teori yang menyatakan bahwa nenek moyang manusia sebenarnya pernah mencapai
kemajuan dibidang ilmu dan teknologi canggih sebelum akhirnya melalui sebuah
banjir besar telah melemparkan manusia kembali kejaman batu, bisa diterima ?
Bisakah ajaran Islam yang diklaim sebagai ajaran Tuhan semesta alam menjawab
semuanya ?
Dan orang-orang yang
hidup sebelum mereka sekarang ini telah pernah mendustakan Kami, padahal mereka
yang ada sekarang ini belum sampai pada sepersepuluh yang pernah Kami
berikan kepada mereka dahulu kala. - Qs. 34 Saba’ : 45
Beberapa penafsir kitab
suci ada yang merujuk maksud dari orang-orang yang hidup sebelumnya
pada ayat tersebut sebagai orang-orang kafir Mekkah yang sudah meninggal
sebelum kenabian Muhammad, akan tetapi adalah sah-sah saja bila kita
menafsirkannya dengan makna yang lebih luas dari itu dan menghubungkan ayat ini
dengan teori yang sudah kita bahas sebelumnya. Apalagi dalam catatan kakinya
yang menjelaskan ayat ini, Departemen Agama Republik Indonesia menulis maksud
dari sepersepuluh yang kami berikan kepada orang-orang sebelumnya
itu adalah pemberian Allah seputar kepandaian ilmu pengetahuan, umur panjang,
kekuatan jasmani, kekayaan harta benda dan sebagainya.[4]
Seperti yang sering saya
singgung, bahwa al-Qur’an harus dipahami secara universal dan aktual, sehingga
kemonotonan penafsiran yang ada pada tafsir Qur’an tradisional tidak membuat
kitab suci ini sebagai sesuatu yang hanya menjadi pajangan dimasjid ataupun
bacaan saat menjelang sholat Jum’at. Kita harus melanjutkan misi aktualisasi
kitab suci yang sudah dirintis oleh Syaikh Muhammad Abduh dan muridnya Rasyid
Ridha diawal abad 20. Bangsa Indonesia sendiri memiliki banyak cendikiawan
muslim modern yang telah mencoba memberikan tafsiran baru ayat-ayat al-Qur’an.
Sebut saja misalnya nama-nama seperti Dr. Ir. Hidajat Nataatmadja
melalui bukunya versi baru Ihya Ulumiddin[5] atau Nurcholish
Madjid dalam Khazanah Intelektual Islam[6] serta
nama Nazwar Syamsu yang terkenal dengan bukunya Tauhid dan Logika[7].
Dengan begitu, maka kita
bisa mendapatkan kitab suci al-Qur’an benar-benar sebagai kitab petunjuk yang
bermanfaat bagi manusia didalam mempelajari ilmu dunia maupun ilmu akhirat.
Keberadaan planet-planet yang
berfungsi sebagai tempat hidup dan berkehidupan makhluk berjiwa seperti bumi
misalnya secara eksplisit bisa juga kita peroleh didalam ayat al-Qur’an :
Allah menciptakan tujuh
langit dan seperti itu juga bumi; berlaku hukum-hukum Allah didalamnya,
agar kamu ketahui bahwa Allah sangat berkuasa terhadap segala sesuatu; dan
Allah sungguh meliputi segalanya dengan pengetahuan-Nya. - Qs. 65 ath-Thalaq
: 12
Jika kata langit dan bumi
disebut dengan bilangan tujuh yang berarti banyak (lebih dari satu), maka tentu
yang dimaksud dalam ayat ini adalah kemajemukan gugusan galaksi yang terdiri
dari jutaan bintang dan planet-planet yang ada sebagaimana yang kita ketahui
dari ilmu astronomi modern. Oleh karenanya secara tidak langsung al-Qur’an
menyatakan kepada kita bahwa Bumi yang kita diami ini bukanlah satu-satunya
bumi yang ada dijagad raya.
makhluk-makhluk yang ada
dilangit dan dibumi memerlukan Dia, setiap waktu Dia dalam kesibukan. - Qs.
55 Ar-Rahman :29
Setelah berkali-kali
mengadakan pengamatan secara teliti menggunakan teleskop-teleskop Observatorium
W.M. Keck Hawaii, Observatorium Lick di California dan Observatorium McDonald
di Texas sejak bulan Juli 2003 yang lalu, maka hari selasa tanggal 31 Agustus
2004 sejumlah astronom mengumumkan penemuan jenis planet baru yang memiliki
lebih banyak kesamaan dengan Bumi dibanding dengan planet-planet gas raksasa
yang pernah ditemukan sebelumnya[8]
Planet-planet mirip bumi
tersebut yang pertama berada di gugusan Leo memiliki massa 21 kali ukuran bumi
dan waktu rotasi 2,64 hari dengan perkiraan jarak lebih kurang 33 tahun cahaya
dari Bumi kita sedangkan planet berikutnya berada digugusan Cancer memiliki
massa 18 kali dari bumi dan waktu orbit 2,81 hari dengan jarak dari bumi ini
sekitar 41 tahun cahaya. Atas penemuan kedua planet ini baik Barbara McArthur,
peneliti dari Universitas Texas di Austin maupun Anne Kinney, direktur
Direktorat Misi Ilmiah Divisi Jagad Raya NASA sama-sama mengungkapkan rasa
optimisnya bahwa teka-teki keberadaan makhluk hidup lain diluar bumi akan segera
terjawab.
Planet lainnya yang baru
ditemukan dan diduga memiliki juga persamaan dengan bumi adalah planet yang
mengorbit bintang Gliese 876 berjarak sekitar 15 tahun cahaya dari bumi pada
arah rasi bintang Aquarius dengan massa sebesar 5,9 hingga 7,5 kali massa bumi[9]
Sementara misi antariksa
tanpa awak Voyager 1 yang diluncurkan atas kerjasama NASA dan Caltech pada
tanggal 5 September 1977 sudah berada diluar tata surya kita dengan jarak 14
milyar kilometer dari planet bumi dan tengah menyelidiki heliopause dan medium
antar bintang, ini adalah satu-satunya benda buatan manusia modern yang berada
jauh diruang angkasa sehingga untuk dapat menangkap sinyalnya dipusat kontrol
Jet Propulsion Laboratory di dekat Pasadena, California dibutuhkan waktu lebih
dari 13 jam.[10]
Akhirnya, bersikap terlalu
skeptis terhadap sejumlah kalangan yang menyibukkan dirinya untuk melakukan
eksplorasi angkasa raya guna menemukan peradaban lain maupun mentertawakan
sejumlah penelitian terhadap ilmu pengetahuan yang pernah dicapai oleh nenek
moyang manusia dimasa lalu sungguh bukan perbuatan yang bijaksana dan
bertentangan dengan kitab suci.
Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memperolok-olok suatu kaum yang lain, karena boleh jadi
mereka itu lebih baik dari mereka yang mengoloknya; dan jangan juga para wanita
saling memperolok sesamanya sebab boleh jadi wanita yang diperolokkan itu lebih
baik dari wanita yang memperoloknya ; dan jangan kamu mencela dirimu sendiri
serta jangan kamu saling memanggil dengan gelar yang jahat. Sejahat-jahat
panggilan adalah yang jahat setelah ia beriman dan siapa saja yang tidak
bertobat, maka mereka adalah orang yang zhalim. – Qs. 49 al-Hujuraat : 11
Kita selaku manusia modern
ini harus segera berhenti meneruskan perilaku pongah yang disertai stagnasi
pendapatnya yang usang, keberadaan para aliens alias makhluk berjiwa diplanet
bumi yang lain nun jauh dikedalaman langit jangan sampai menimbulkan
kekhawatiran berlebihan bahwa pendapat manusia sebagai makhluk termulia akan
dilecehkan atau menjadi rusak. Pada hakekatnya manusia ini cuma sekedar makhluk
yang hina[11] dengan kediaman berada dipinggiran galaksi tak lebih dari setitik
debu berjarak ± 300 juta miliar km dari pusat Bimasakti. Mari kita berhenti
berpikir egois dan merasa sebagai makhluk yang paling diperhatikan Tuhan,
padahal nyaris setiap hari kita melupakan Tuhan dan bergulat dengan dosa,
zinah, korupsi, dusta dan seribu satu macam kufur nikmat lainnya, manusia
terlampau membumi sehingga tidak kuasa melepas ke-‘akuannya’.
[1] Su’ud Muliadi, Sm Hk,
Mahluk Angkasa Luar dan al-Qur’an, Penerbit PT. Garoeda Boeana Indah, Pasuruan,
1993, hal. 17.
[2] Idem, hal. 21.
[3] Kedua buku ini bisa
didownload langsung melalui Internet dari website Beta-UFO dengan alamat http://www.betaufo.com/ dalam format
file PDF
[4] al-Qur’an dan Terjemahnya,
Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta, Penerbit Gema Risalah Press
Bandung, Edisi refisi tahun 1989, Catatan Kaki no 1244, hal. 691
[5] Dr. Ir. Hidajat
Nataatmadja, Karsa Menegakkan jiwa agama dalam dunia ilmiah, versi baru Ihya
Ulumiddin, Penerbit Iqra, Bandung, 1982
[6] Nurcholish Madjid,
Khazanah Intelektual Islam, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1984
[7] Nazwar Syamsu, Tauhid dan
Logika, al-Qur’an dasar tanya jawab Ilmiah, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta,
1980
[8] Kompas Cyber Media, http://www.kompas.com/teknologi/news/0409/01/173543.htm, rubrik
Sains & Teknologi
[9] Harian umum Berita Pagi,
Planet Baru itu, Kecil dan Berbatu, No. 37 Tahun 1, Rabu, 15 Juni 2005 hal 1
[10] Wikipedia Indonesia, ensiklopedi
bebas berbahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Voyager_1
[11] Silahkan buka al-Qur’an
surah 32 as-Sajdah ayat 8
Wassalam,