Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:674) persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui bebarapa hal melalui panca inderanya. Sedangkan menurut Rakhmat (1993:88) disebutkan bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubugan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Menurut Ikhsan dan Ishak (2005:57), persepsi adalah bagaimana orang- orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Pada kenyataanya, masing-masing orang memiliki persepsinya sendiri atas suatu kejadian sehingga berbeda satu dengan yang lainnya. Definisi persepsi yang formal adalah proses dengan mana seseorang memilih, berusaha, dan menginterpretasikan rangsangan ke dalam suatu gambaran yang terpadu dan penuh arti.
Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyatannya adalah bahwa tak seorang pun dari kita dapat melihat realitas. Yang kita lakukan adalah menginterpretasikan apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas. Persepsi setiap individu mengenai suatu objek atau peristiwa sangat tergantung pada kerangka ruang dan waktu yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor dalam diri seseorang (aspek kognitif) dan faktor dunia luar (aspek stimulus visual).
Robins (2002: 32) mengatakan bahwa persepsi suatu individu terhadap objek sangat mungkin memiliki perbedaan dengan persepsi individu lain terhadap objek yang sama. Faktor-faktor tersebut dapat terletak pada orang yang mempersepsikannya, objek atau konteks di mana persepsi itu dibuat. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterpretasikan apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan. Begitu pula dengan karakteristik sasaran yang diobservasi dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Faktor situasi seperti waktu, keadaan tempat, keadaan sosial juga mempengaruhi dalam membentuk persepsi seseorang tehadap objek/peristiwa yang akan dipersepsikan.
Di samping itu, persepsi bergantung pada rangsangan fisik dan kecenderungan individu tersebut. Ransangan fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti penglihatan dan sentuhan. Kecenderungan individu meliputi alasan, kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu, dan harapan. Perbedaan persepsi antara orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang menerimanya berbeda fungsi dan disebabkan oleh kecenderungan perbedaan individu. Kecenderungan individu seperti faktor keakraban, perasaan, arti penting, dan emosi.
Persepsi tentang objek atau peristiwa tersebut tergantung pada suatu kerangka, ruang, dan waktu sehingga persepsi itu akan sangat subjektif dan situasional. Selain secara implisit, sudah terlihat pada definisi diatas, argumentasi ini juga selaras dengan yang dikemukakan oleh Rakhmat (1993:89) bahwa persepsi ditentukan oleh faktor personal dan situasional yang disebut dengan faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam apa yang disebut dengan faktor personal. Oleh karena itu, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi karakteristik orang yang memeberikan respon pada stimulus tersebut. Sedangkan faktor situasional atau struktural berasal semata-mata dari sifat fisik dan efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.
Persepsi bersifat subjektif karena melibatkan aspek psikologis yaitu proses kognitif sehingga apa yang ada dalam perkiraan individu akan ikut aktif dalam menentukan persepsi individu. Bagi profesi akuntan, persepsi profesi merupakan pemahaman seorang akuntan terhadap apa yang digelutinya. Pemahaman ini berkaitan dengan faktor kognitif masing-masing individu akuntan tersebut sehingga persepsi akuntan satu dengan yang lain akan berbeda.