{Sesungguhnya, tiada berputus ada dari rahmat Allah kecuali
orang-orang kafir.}
(QS. Yusuf: 87)
{Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi
(tentang keimanan mereka) dan meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah
kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami
kehendaki.}
(QS. Yusuf: 110)
{Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya
dari kedukaan. Dan, demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.}
(QS.A1-Anbiyr:88)
{Dan, kamu menyangka kepada Allah dengan bermacam-macam
prasangka.
Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan hatinya
dengan goncangan yang sangat.}
(QS. Al-Ahzab: 10-11)
Harga hukuman
(qisash) yang paling
mahal adalah yang harus dibayarkan oleh seorang pendendam dan
pendengki saat ia mendengki orang lain. Pasalnya, ia harus membayar semua itu dengan hati,
daging, darah, perasaan, kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaannya. Maka,
betapa meruginya seorang pendengki.
Allah telah mengabarkan kepada kita tentang obat dan
penyembuhan dari penyakit ini,
{Dan, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) or- ang.}
(QS. Ali 'Imran: 134)
{Jadilah kamu pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.}
(QS. Al-A'raf: 199)
{Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang lebih baik, dan
tiba-tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan, seolah-olah dia telah
menjadi teman yang amat setia.}
(QS. Fushshilat: 34)
Renungkanlah: betapa banyaknya nikmat dan karunia Allah yang
Ada pada Anda. Lalu, bersyukurlah kepada-Nya atas semua itu, dan sadarilah
bahwa Anda benar-benar telah bergelimang dengan pemberian-Nya. Allah berfirman,
{Dan, jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu
tidak akan mampu menghitungnya.}
(QS. Ibrahim: 34)
{Dan, menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.}
(QS. Luqman: 20)
{Dan, apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah
datangnya.}
(QS. An-Nahl: 53)
Allah menegaskan betapa besarnya kenikmatan yang Dia berikan
kepada hamba-hamba-Nya sebagaimana berikut,
{Bukankah Kami telah memberikan kepadanya kedua mata, Lidah
dan dua bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.}
(QS. Al-Balad: 8-10)
Ada banyak kenikmatan yang terus mengalir: nikmat kehidupan, nikmat kesehatan, nikmat
pendengaran, nikmat penglihatan, nikmat kedua tangan dan kedua kaki, nikmat air
dan udara, dan nikmat makanan. Dan, yang paling agung dari semua itu adalah
nikmat hidayah rabbaniyah, yakni agama Islam. Apakah Anda ingin mata Anda
dibeli dengan harga satu juta dolar? Apakah Anda ingin menjual kedua telinga
Anda dengan harga satu juta dolar? Apakah Anda ingin kedua kaki Anda dibeli
dengan harga satu juta dolar? Apakah
Anda ingin kedua tangan Anda dibeli dengan
harga satu juta dolar? Apakah Anda ingin menjual hati Anda dengan harga satu
juta dolar? Betapa banyak harta yang ada di tanganmu namun Anda tidak
menunaikan rasa syukurmu.
Kebahagiaan seseorang akan semakin bertambah, berkembang,
dan mengakar adalah manakala ia mampu mengabaikan semua hal sepele yang tak berguna.
Karena, orang yang berambisi tinggi adalab yang lebih memilih akhirat.
Syahdan, seorang
ulama salaf memberi wasiat kepada saudaranya demikian, "Bawalah ambisimu
itu ke satu arah saja, yakni bertemu dengan Allah, bahagia di akhirat, dan
damai di sisi-Nya."
{Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabb-mu), tiada
sesuatu pun dan keadaanmu yang
tersembunyi bagi Allah.}
(QS. Al-Haqqah: 18)
Tidak ada ambisi yang lebih mulia selain ambisi yang
demikian itu. Apalah arti sebuah ambisi yang hanya tertuju pada kepada
kehidupan ini saja. Karena, semua itu hanya akan bermuara pada ambisi untuk
meraih kedudukan, jabatan, emas perak, anak-anak, harta benda, nama besar dan
kemasyhuran, istana-istana dan rumah-rumah besar yang kesemuanya ini akan
musnah dan sirna.
Allah s.w.t. menggambarkan salah satu sifat musuh-musuh-Nya,
yakni kaum munafik sebagaimana berikut:
{Sedangkan yang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri
mereka sendiri. Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah.}
(QS. Ali Tmran: 154)
Begitulah, mereka hanya berambisi memuaskan hawa nafsu,
perut, dan syahwat mereka. Maka, mereka pun tak memiliki ambisi yang lebih
tinggi dari itu.
Syahdan, tatkala Rasulullah membaiat para sahabat di bawah
suatu pohon, ada seorang munafik yang
justru meninggalkan baiat itu untuk mencari untanya yang berwarna merah. Dan
orang itu berkata, "Aku akan lebih bahagia dengan menemukan untaku
daripada aku ikut baiat yang kalian lakukan itu." Maka Rasulullah pun
berkata, "Kalian semua mendapat ampunan, kecuali pemilik unta merah
ini."
Bahkan, orang munafik seringkali tak hanya ingin menyesatkan
dirinya sendiri, tetapi juga acapkali
mengajak para sahabat yang lain. Terbukti, mereka misalnya pernah berkata,
"Tak usahlah kalian berangkat perang pada saat panas-panas begini."
Maka, Allah pun menimpali demikian,
{Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu jauh lebih
panas."}
(QS. At-Taubah: 81)
Orang munafik yang lain pernah berkata,
{Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah
kamu menjadihan saya terjerumus ke dalam fitnah.}
(QS. At-Taubah: 49)
Itulah orang munafik. Dia hanya memikirkan keuntungan
pribadinya saja.
{Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah.}
(QS. At-Taubah: 49)
Selain itu, orang munafik selalu mencemaskan harta dan
keluarganya saja. Terbukti, mereka pernah berkata,
{Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka
mohonkanlah ampunan bagi kami.}
(QS. Al-Fath: 11)
Demikianlah, semua ambisi dan keiinginan mereka itu sangat
rendah sekali dan tak bernilai. Dan, ambisi seperti itu hanya akan dikejar oleh
orang- orang bodoh yang tak berharga. Lain halnya dengan para sahabat yang
agung, karena mereka selalu mengharapkan
keutamaan dan keridhaan dari Allah.