Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Banyak hal sudah terjadi pada
masa lalu sehubungan dengan perbedaan sudut pandang terhadap konsep Trinitas
yang berakhir dengan pembantaian terhadap mereka yang menolak doktrin tersebut.
Berikut beberapa tokoh
anti-Trinitas yang hidupnya harus berakhir secara mengenaskan itu.
1. Iranaeus (130-200 M), dia
lahir disaat ajaran Kristen Antiokia sudah menyebar ke Afrika Utara, Spanyol
hingga ke Prancis Selatan. Tidak banyak catatan sejarah mengenai asal-usul dan
kedewasaannya, sejarah mulai mencatat masa dimana Iranaeus membawa surat petisi
dari Uskup Lyons Pothinus kepada Paus Elutherus di Roma.
Petisi itu berupa permohonan
Pothinus kepada Paus untuk menghentikan pengejaran, penyiksaan dan pembunuhan
terhadap orang-orang Kristen yang tidak menyetujui doktrin gereja Pauline.
Ketika masih berada di Roma,
Iranaeus mendapat berita bahwa semua orang Kristen yang tidak sepaham dengan
Paulus yang ada di Lyons Antiochia termasuk uskup Pothinus sendiri telah tewas
dibunuh. Dan pada waktu kembali ke Lyons, Iranaeus menggantikan Ponthinus untuk
menjabat sebagai uskup dinegrinya.
Ditahun 190 M, Iranaeus sendiri
menulis surat kepada Paus Victor agar menghentikan pembantaian terhadap
orang-orang Kristen yang dibunuh karena keyakinan mereka yang berbeda dengan
keyakinan gereja Paulus.
Cerita lama kembali terulang,
Iranaeus sendiri terbunuh pada tahun 200 M karena tidak bersedia mengikuti
keyakinan Paus, Iranaeus hanya beriman dan mengakui kepada satu Tuhan, yaitu
Allah, dan dia mendukung pengajaran kemanusiaan Jesus yang diangkat oleh Allah
menjadi utusan-Nya.
Iranaeus banyak melakukan
kritikan terhadap Paulus karena dianggapnya sebagai orang yang paling
bertanggung jawab didalam memasukkan doktrin-doktrin dari agama berhala dan
filsafat Plato kedalam ajaran sejati Jesus.
Didalam bukunya,
"Universalism The Prevailing Doctrine Of The Christian Church During Its
First Five Hundred Years" ditulis oleh J.W. HANSON, D. D menyatakan
mengenai Iranaeus ini sebagai berikut :
In a germinal form of the
Apostle's Creed, Irenæus, A.D. 180, says that the judge, at the final
assize, will cast the wicked into aionian fire. It is supposed that he used the
word aionian, for the Greek in which he wrote has perished, and the Latin
translation reads, "ignem aeternum."
2. "Tertullian"
(160-220 M), dia adalah seorang penduduk asli Carthage (Kartago).
Tertullian sebagaimana juga dengan Iranaeus, meyakini ke-Esaan Allah dan mengidentifikasikan Jesus sebagai juru selamat (Messiah) bangsa Yahudi. Dia menentang Paus Callistus karena mengajarkan "dosa asal" telah diampuni setelah melaksanakan penebusan dosa resmi dibawah gereja.
Tertullian sebagaimana juga dengan Iranaeus, meyakini ke-Esaan Allah dan mengidentifikasikan Jesus sebagai juru selamat (Messiah) bangsa Yahudi. Dia menentang Paus Callistus karena mengajarkan "dosa asal" telah diampuni setelah melaksanakan penebusan dosa resmi dibawah gereja.
Tertullian menekankan tentang
kesatuan jiwa dan eksistensi dan mengatakan bahwa orang-orang yang sehat akalnya
pasti meyakini bahwa Jesus hanyalah manusia belaka.
Paus Callistuslah yang
memperkenalkan istilah "Trinitas" kedalam tulisan-tulisan
"ecclesiastical" (gerejawi) Latin ketika ia membahas doktrin baru
yang aneh tersebut. Istilah Trinitas sendiri sama sekali tidak pernah digunakan
dalam kitab-kitab suci.
3. "Origen" (185-254
M). Ayahnya bernama "Leonidas" dan mendirikan pusat pendidikan
teologi dengan mengangkat seorang guru Teologi terkemuka bernama Clement
sebagai kepala lembaga tersebut. Origen sendiri mendapatkan pendidikan ditempat
itu.
Leonidas adalah seorang pengikut
Kristen Apostolik, yaitu ajaran monotheisme (ke-Esaan Tuhan) dan mengakui
kehambaan dari Jesus.
Sebagaimana kita tahu, gereja
Paulus tidak mau menerima kepercayaan seperti yang dipegang oleh Leonidas ini,
dan sebagai konsekwensinya pada tahun 208 Leonidas tewas dibunuh oleh
orang-orang Paus.
Karena merasa dirinya juga
terancam, Clement segera meninggalkan Alexandria. Dan sebagai gantinya, Origen
meneruskan kepemimpinan Clement sebagai kepala sekolah Teologi.
Pada tahun 230 M, Origen
dinobatkan sebagai seorang Pendeta di Palestina, namun karena Origen telah
mengajarkan konsep Monotheisme didalam gereja, Uskup Demerius akhirnya memecat
Origen dan mengusirnya dari gereja (persis seperti yang dinubuatkan Jesus dalam
Yoh 16:1-3 -pen).
Origen mengungsi ke Caesarea dan
mendirikan pusat pendidikan Teologi ditempat itu pada tahun 231 M yang akhirnya
membawa nama harum kepadanya.
Jerome, seorang penulis Injil
pertama dalam bahasa Latin, pada mulanya merupakan orang yang sangat mendukung
Origen, namun akhirnya Jerome berbalik kepada gereja Paulus dan menarik garis
permusuhan terhadap Origen.
Jerome berusaha agar Origen
mendapatkan kecaman dan pengadilan dari gereja setempat, namun popularitas
Origen terlampau besar dan tidak memungkinkan bagi Uskup John untuk
melakukannya, sehingga atas rencananya ini mengakibatkan Jerome sendiri
tersingkir dari kalangan gereja.
Namun pada tahun 250 M, Origen
dikecam oleh Konsili Alexandria dan dijebloskan kedalam penjara serta
mendapatkan penyiksaan yang terus menerus oleh pihak gereja Paulus sehingga
mengakibatkan kematiannya pada tahun 254 M.
Origen telah menulis sekitar 600
buah karangan dan risalah. Dia adalah salah seorang yang paling berperan dalam
sejarah gereja dan telah gugur sebagai seorang syuhada yang membela ajaran
Allah sejati.
Dimasa mudanya sampai menjelang
akhir hayatnya, Origen tetap mempertahankan pengajaran ke-Esaan Tuhan (The
Unity of God), meyakini bahwa hanya Allah saja yang berkuasa dan Jesus adalah
manusia biasa dan hamba Allah, bukan Allah itu sendiri.
4. "Diodorus", seorang
Uskup yang berasal dari negri Tarsus, tanah kelahiran Paulus.
Diodorus merupakan tokoh Kristen terkemuka di Antiochia, dia berpendapat bahwa dunia ini selalu berubah-ubah, perubahan itu sudah ada sejak dahulu. Dan itu menunjukkan ada sesuatu yang tetap dibalik perubahan itu.
Diodorus merupakan tokoh Kristen terkemuka di Antiochia, dia berpendapat bahwa dunia ini selalu berubah-ubah, perubahan itu sudah ada sejak dahulu. Dan itu menunjukkan ada sesuatu yang tetap dibalik perubahan itu.
Lebih jauh lagi, keberagaman
eksistensi dan kebijaksanaan yang diperlihatkan dalam setiap proses perubahan
itu sendiri, menunjukkan terhadap kesatuan asal yang mendasarinya dan
memperlihatkan kehadiran Sang Pencipta dan Pemelihara. Inilah menunjukkannya
adanya satu Pencipta Yang Maha Esa.
Diodorus menekankan sifat
kemanusiaan secara menyeluruh dalam diri Jesus yang memiliki jiwa manusia dan
daging manusia, tidak ada unsur ketuhanan sama sekali.
5. "Lucian", seorang
yang dikenal keluasan ilmunya terhadap bahasa Ibrani dan Yunani. Lucian tidak
menginduk terhadap salah satu gereja dari tahun 220 sampai 290 M. Pengajaran
Lucian adalah Monotheisme, yaitu pengesaan Allah dalam segala bentuk-Nya.
Lucian percaya kepada penafsiran
gramatikal dan literal (sesuai dengan bunyi lahir suatu kata) dari kitab-kitab
suci (Bible). Dia menentang kecenderungan untuk mencari-cari makna symbolis dan
kiasan dari teks-teks Injil, dan percaya kepada suatu pendekatan empiris dan
kritis terhadap kitab-kitab tersebut. Dia mengatakan bahwa dengan mencari-cari
makna symbolis tersebut, dapat berakibatkan dengan penambahan dan pengurangan
pada Injil yang berarti hilangnya kemurnian ajaran Jesus.
Lucian menghilangkan
perubahan-perubahan yang terjadi pada kitab Injil yang diterjemahkan kedalam
bahasa Yunani (Septuaginta), beliau telah mengadakan revisi terhadap empat
Injil yang menjadikannya berbeda dengan Injil-Injil yang dipergunakan oleh
gereja Paulus.
Lucian menolak paham trinitas dan
sebaliknya begitu menekankan ajaran Tauhid, bahwa hanya Allah saja Tuhan alam
semesta yang patut disembah, sedangkan Jesus hanyalah manusia biasa yang
diangkat menjadi Utusan-Nya.
Atas sikapnya ini, Lucian menjalani
penyiksaan dari pihak gereja Paulus dan dihukum mati pada tahun 312 M.
Perselisihan pendapat terbesar di
kalangan pemikir Trinitas yang akhirnya menjadi satu legenda menyangkut dunia
ketuhanan Kristen adalah kontroversi 'Aryan Heresy' atau pernyataan anti-trinitas
yang dikemukakan oleh Arius (256-336 M).
Arius adalah salah seorang murid
utama Lucian berkebangsaan Lybia yang juga pernah bersama-sama dengan gurunya
menegakkan Monotheisme, Arius sendiri merupakan seorang presbyter (ketua
majelis gereja) digereja Baucalis Alexandria, salah satu gereja tertua dan
terpenting dikota itu pada tahun 318 M.
Sejak wafatnya Lucian pada tahun
312 M ditangan orang-orang gereja Paulus, perlawanan Arius terhadap doktrin
Trinitas semakin mengkristal, dan dalam perjuangannya ini, Arius justru
mendapatkan dukungan dari dua orang saudari Kaisar Constantin yang bernama
Constantina dan Licunes.
Arius dianggap sebagai seorang
pemberontak Trinitas dengan mempergunakan argumen logika :
"Jika Jesus itu benar-benar
anak Tuhan, maka Bapa harus ada lebih dahulu. Oleh karena itu harus ada
"masa" sebelum adanya anak. Berarti anak adalah makhluk. Maka dari
itu anak tidak selamanya ada atau tidak abadi. Sedangkan Tuhan yang sebenarnya
adalah abadi, berarti Jesus tidaklah sama dengan Tuhan."
Atas argumentasi Arius tersebut,
sekitar seratus orang Pastur Mesir dan Lybia berkumpul untuk mendengarkan
pertanggung jawaban Arius. Dan diwaktu itu juga Arius mengemukakan kembali
pemandangannya :
"Ada masa sebelum adanya
Jesus, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Jesus ada kemudian, dan Jesus
hanyalah makhluk biasa yang bisa binasa seperti makhluk-makhluk lainnya. Tetapi
Tuhan tidak akan binasa."
Arius juga memperkuat
argumentasinya dengan sejumlah ayat-ayat Bible seperti Yohanes 14:8: "Bapa
lebih besar daripada Jesus"; Seandainya kita mengakui bahwa Jesus adalah
sama dengan Tuhan, maka kita harus menolak kebenaran ayat Yohanes tersebut.
Argumen Arius ini secara
sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut :
Jika Jesus memang "anak
Tuhan", maka akan segera disertai pengertian bahwa "Bapak Tuhan"
haruslah ada terlebih dahulu sebelum adanya sang "Anak".
Oleh sebab itu tentulah akan
terdapat rentang waktu ketika "Anak" belum ada.
Oleh karenanya, "Anak" adalah makhluk yang tersusun dari sebuah "esensi" atau makhluk yang tidak selalu ada.
Oleh karenanya, "Anak" adalah makhluk yang tersusun dari sebuah "esensi" atau makhluk yang tidak selalu ada.
Karena Tuhan merupakan suatu zat
yang bersifat mutlak (abadi, alpha dan omega), maka Jesus tidak mungkin bisa
menjadi "esensi" yang sama sebagaimana "esensi" Tuhan.
Kesimpulan pendapat Arius, bahwa
hanya ada satu Tuhan, yaitu Tuhan yang selalu Ada dan tidak mempunyai asal
usul, Dia Ada tanpa keberadaan sebelumnya. Dalam hal ini Arius membedakan
antara unsur keistimewaan yang tetap ada di dalam Tuhan, yang merupakan kekuatan
yang kekal dengan unsur keistimewaan Jesus sebagai suatu kelebihan yang
diberikan oleh Tuhan selayaknya seorang Nabi dan itu tidak bersifat kekal.
Arius menjabarkan bahwa Jesus
yang disebut Tuhan anak ini merupakan makhluk, sebab ia telah diciptakan oleh
Tuhan Bapa sekalipun umpamanya benar diri Jesus sendiri diciptakan sebelum
proses penciptaan Abraham (Nabi Ibrahim) sebagaimana yang diriwayatkan dalam
kitab Perjanjian Baru -Injil Johanes pasal 8 ayat 58, namun dalam hal ini,
status Jesus tetaplah merupakan makhluk ciptaan dan dia bukan Tuhan.
Argumen Arius ini tidak bisa
terbantahkan, dan mulai tahun 321 M, Arius dikenal sebagai seorang presbyter
pembangkang dan mendapatkan banyak dukungan dari Uskup-uskup daerah Timur.
Untuk mendukung pandangan-pandangannya,
Arius mengemukakan sejumlah ayat didalam kitab Perjanjian Baru yang
memperlihatkan Jesus selaku anak dari Tuhan Bapa berkedudukan di bawah Tuhan
Bapa seperti kitab Matius 28:18, kitab Markus 13:32, kitab Lukas 18:19, kitab
Johannes 5:19; pasal 14:28, serta surat kiriman 1 Korintus pasal 15 ayat 28.
Konflik ini semakin menjadi memanas setelah Athanasius (293-373 M), salah seorang tokoh agama dan cendikiawan besar yang mendukung doktrin Trinitas turut dalam perselisihan tajam dengan Arius.
Konflik ini semakin menjadi memanas setelah Athanasius (293-373 M), salah seorang tokoh agama dan cendikiawan besar yang mendukung doktrin Trinitas turut dalam perselisihan tajam dengan Arius.
Untuk menengahi pertentangan ini
lebih jauh, maka oleh Kaisar Konstantin (280-337 M) dibentuklah suatu konsili
(musyawarah besar) di Nicea (Asia Kecil - dekat kota Konstantinopel) pada tahun
325 M (abad ke-IV) dengan diikuti oleh para Uskup, tokoh-tokoh Theologi
kenamaan dan banyak Sarjana Gereja, Konsili tersebut dikenal juga dengan nama
Konsili Oikumonis I (Oikumene berarti seluruh dunia yang didiami bangsa
manusia).
Dalam musyawarah itu, pengikut
Arius menolak pandangan tentang penciptaan eternal (penciptaan yang bebas dari
dimensi waktu), sementara Athanasius mempertahankannya. Pengikut Arius
mengatakan bahwa anak diciptakan dari tidak ada, sementara Athanasius
mengatakan bahwa anak diciptakan dari esensi Tuhan Bapak. Pengikut Arius
berpendapat bahwa Tuhan anak tidak sama substansinya dengan Tuhan Bapa
sementara Athanasius berpendapat sebaliknya.
Setelah titik penyatuan pandangan
tidak juga berhasil dicapai dari kedua belah pihak yang berdebat, akhirnya
kaisar Konstantin memberikan pernyataan bersayap (keputusan yang sifatnya bebas
untuk ditafsirkan oleh pihak manapun) demi untuk menjaga kestabilitasan keadaan
negrinya.
Adapun keputusan kaisar
Konstantin ini menyebutkan bahwa Jesus memiliki sifat yang
"Homousius" dengan Tuhan Bapa, istilah "Homousius" sendiri
bisa berartikan satu hakekat, satu keadaan atau juga memiliki hubungan yang
rapat satu sama lainnya.
Keputusan Konsili itu juga
berhasil merumuskan "SYMBOLUM APOSTOLICUM" (Syahadat para Rasul) kata
“syahadat” sendiri
berasal dari kata bahasa Latin “credo” yang artinya “aku percaya”, dimana inti
dari rumusan ini menggaris bawahi tentang ketiga pribadi dalam Tuhan yang satu
itu adalah sejajar, walaupun digunakan istilah Bapa dan Anak.
“Credoin Deo Patri omnipotentem
(aku percaya akan Allah Bapa Yang Maha Kuasa)
Creatorem coeli et terrae
(pencipta Langit dan Bumi)
Et in Iesum Christum, Fillium eius unicum, Dominium nostrum
(dan akan Jesus Kristus, PutraNya yang Tunggal Tuhan kita)
Qui conceptus est de Spiritu Sancto, natus ex Maria Virgine
(yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria)
Passus sub Pontio Pilato, crucifixus, mortuus et sepultus
(yang menderita sengsara dalam Pemerintahan Ponsius Pilatus; disalibkan wafat dan dimakamkan)
Descendit ad inferna (inferos)
(yang turun ketempat penantian)
Tertia die resurrexit a mortuis
(pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati)
Acendit ad coelos, sedet ad dexteram Dei Patris omnipotentis
(yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa)
Inde venturus est iudicare vivos et mortuos
(dari situ Dia akan datang mengadili orang yang hidup dan mati)
Credo in Spiritum Sanctum
(aku percaya akan Roh Kudus)
Sanctam Ecclesiam catholicam, sanctorum communionem
(Gereja Katolik yang Kudus, persekutuan para kudus)
Remisionem peccatorum
(pengampunan dosa)
Carnis resurrectionem
(kebangkitan badan)
Vitam eternam
(kehidupan kekal)
Amen
(Amin)”.
(aku percaya akan Allah Bapa Yang Maha Kuasa)
Creatorem coeli et terrae
(pencipta Langit dan Bumi)
Et in Iesum Christum, Fillium eius unicum, Dominium nostrum
(dan akan Jesus Kristus, PutraNya yang Tunggal Tuhan kita)
Qui conceptus est de Spiritu Sancto, natus ex Maria Virgine
(yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria)
Passus sub Pontio Pilato, crucifixus, mortuus et sepultus
(yang menderita sengsara dalam Pemerintahan Ponsius Pilatus; disalibkan wafat dan dimakamkan)
Descendit ad inferna (inferos)
(yang turun ketempat penantian)
Tertia die resurrexit a mortuis
(pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati)
Acendit ad coelos, sedet ad dexteram Dei Patris omnipotentis
(yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa)
Inde venturus est iudicare vivos et mortuos
(dari situ Dia akan datang mengadili orang yang hidup dan mati)
Credo in Spiritum Sanctum
(aku percaya akan Roh Kudus)
Sanctam Ecclesiam catholicam, sanctorum communionem
(Gereja Katolik yang Kudus, persekutuan para kudus)
Remisionem peccatorum
(pengampunan dosa)
Carnis resurrectionem
(kebangkitan badan)
Vitam eternam
(kehidupan kekal)
Amen
(Amin)”.
(Sumber Credo dari http://www.katolik.net/)
Pasca Konsili Nicea I, Athanasius
berhasil membujuk kaisar untuk membuang Arius kesatu tempat yang jauh serta
membakar semua tulisan-tulisan pemikiran Monotheismenya dengan alasan bahwa
Arius masih tidak puas terhadap keputusan Kaisar. Hal ini tidak berlangsung
lama sebab Kaisar Konstantin dengan dukungan Uskup Eusebius yang menentang
paham Trinitas memanggil pulang Arius dari pengasingannya dan mengakui bahwa
konsepnya mengenai Monotheisme lebih bisa diterima ketimbang paham Trinitas.
Pada tahun 336 Arius diangkat
menjadi Pastur di Constantinopel dan dalam satu muslihat yang licik, dia
berhasil dibunuh.
Semenjak tahun 340 M (tiga tahun
setelah kematian Kaisar Konstantin pada tahun 337 M dan digantikan oleh Kaisar
Theodosius), perselisihan antara Monotheisme dengan Trinitas kembali mencuat
kepermukaan dan penyelesaian yang diberlakukan Gereja dengan dukungan
pihak-pihak kerajaan tidaklah memuaskan semua pihak serta hanya bersifat
sementara, sebab keyakinan pihak Istana sendiri tidak mempercayai pengajaran
Injil sehingga setiap kali ada pergantian kaisar maka selalu ada perubahan
suasana, dan ini bisa mengubah setiap titik dari keputusan Dewan Nicea
sebelumnya. Pihak yang menang saat itu bisa berbalik menjadi pihak yang
dikalahkan atau dipersalahkan di kemudian hari oleh kerajaan. Dan sejarah
inilah yang akhirnya paling sering terjadi dalam kontroversi doktrin Trinitas
dimasa lalu.
Empat puluh lima tahun setelah
kematian Arius, Konsili Nicea (Nicene Creed) yang pernah digelar pada tahun 325
M kemudian diadakan lagi pada tahun 381 M, yang menghasilkan pernyataan
"Syahadat Konsili Nicea Konstantinopel", yang mana isinya adalah :
“Aku percaya akan satu Allah
Bapa yang Maha Kuasa
Pencipta langit dan bumi
Dan segala sesuatu yang kelihatan
Dan tidak kelihatan.
Dan akan satu Tuhan, Yesus Kristus,
Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir sebelum segala abad.
Allah dari Allah,
Terang dari Terang.
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan
Sehakikat dengan Bapa.
Segala sesuatu dijadikan olehNya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia
Dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari roh Kudus,
Dilahirkan oleh perawan Maria,
Dan menjadi manusia
Iapun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus.
Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit, menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
Mengadili orang yang hidup dan yang mati.
KerajaanNya takkan berakhir.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan,
Ia berasal dari Bapa dan Putra
Yang serta Bapa dan Putra disembah dan dimuliakan.
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik,
Aku mengakui satu pembaptisan, akan pengampunan dosa.
Aku menantikan kebangkitan orang mati
Dan hidup di akhirat.
Amin.”
Bapa yang Maha Kuasa
Pencipta langit dan bumi
Dan segala sesuatu yang kelihatan
Dan tidak kelihatan.
Dan akan satu Tuhan, Yesus Kristus,
Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir sebelum segala abad.
Allah dari Allah,
Terang dari Terang.
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan
Sehakikat dengan Bapa.
Segala sesuatu dijadikan olehNya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia
Dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari roh Kudus,
Dilahirkan oleh perawan Maria,
Dan menjadi manusia
Iapun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus.
Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit, menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
Mengadili orang yang hidup dan yang mati.
KerajaanNya takkan berakhir.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan,
Ia berasal dari Bapa dan Putra
Yang serta Bapa dan Putra disembah dan dimuliakan.
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik,
Aku mengakui satu pembaptisan, akan pengampunan dosa.
Aku menantikan kebangkitan orang mati
Dan hidup di akhirat.
Amin.”
Dalam sejarah internal gereja
Trinitas sendiri, semenjak kerajaan Romawi Barat dan Romawi Timur berpisah,
gereja-gereja penganut paham ketuhanan Trinitas pun terpisah menjadi gereja
barat dan gereja timur.
Kata "gereja"
sebenarnya berasal dari kata "igraja" yang diperkenalkan di Indonesia
oleh para misionaris Portugis. Kata "igraja" tersebut berasal dari
kata Latin "ecclesia" yang pada awalnya berasal dari bahasa Yunani
kuno yaitu "ekklesia" yang artinya "kumpulan" atau
"pertemuan", sehingga makna umum dari gereja itu adalah tempat
berkumpul orang-orang tertentu dan dalam hal ini adalah orang-orang yang
meyakini asas ketuhanan Trinitas.
Adanya gereja Barat dan gereja
Timur ini akhirnya membawa perpecahan-perpecahan sendiri yang mengakibatkan
ajaran Trinitas terbagi dalam banyak sekte atau aliran, perpecahan awalnya
adalah larangan yang dibuat oleh Kaisar Romawi Leo III pada tahun 726 M kepada
umat Trinitas agar jangan mengkuduskan dan membuat patung-patung atau
gambar-gambar (Icono Clasts) berkenaan dengan keyakinan dunia Kristen Trinitas
seperti gambaran Jesus, Mariah atau orang-orang yang dianggap suci lainnya.
Perintah Kaisar Leo III ini
dikukuhkannya lagi pada tahun 730 M dengan pemikiran bahwa hal ini merupakan
perbuatan keberhalaan dan bertentangan dengan Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru sendiri.
Larangan ini diberlakukan sampai
pemerintahan Kaisar Konstantin IV dan Kaisar Leo IV, sementara pemimpin gereja
Timur yang disebut Paus Gregori II dan Paus Gregori III serta Germanius dengan
dukungan gereja Konstantinopel dan Kaisar Irene justru memberikan persetujuan
pemujaan gambar-gambar keagamaan, perselisihan yang panjang dan lama ini
akhirnya diselesaikan dengan dicabutnya larangan ini pada Sidang Umum ketujuh
yang berlangsung di Nicaea tahun 787 M.
Namun perpecahan di antara
keduanya tidak akan diatasi oleh sidang tersebut dan masalah ini mengemuka pada
abad ke 11 M pada waktu Roma menerima pemberian suatu tambahan ke dalam Nicene
Creed, suatu hal yang tidak disetujui Gereja Timur. Tambahan itu adalah
"dan anak" setelah frasa "kami percaya dalam Roh Kudus, Tuhan
pemberi kehidupan, yang diturunkan dari Tuhan Bapa..." Jadi, Gereja-gereja
Timur tidak menerima bahwa Roh Kudus diturunkan dari Tuhan Bapak dan Anak,
melainkan hanya dari Tuhan Bapa saja.
Tentang masalah ini Timur dan
Barat sama sekali tidak mempunyai titik temu dan menimbulkan pemisahan tahun
1054, karena wakil Paus menempatkan surat-surat ekskomunikasi pada altar St.
Sophia di Konstantinopel. Sejak itulah muncul Gereja Katolik Roma dan Gereja
Ortodoks Yunani.
Kata "Katolik" berarti
"univeral", "memiliki sifat-sifat totalitas" atau
"utuh". Dengan demikian Gereja Katolik adalah tempat berkumpul
universal, dimana setiap orang telah dipanggil untuk membawa kabar sukacita Injil
kepada setiap orang, kepada setiap bangsa, kepada setiap penjuru dunia.
Pusat gereja Katolik di dunia,
gereja Santo Petrus Basilica (St. Peter’s Basilica)
yang dibangun di Vatikan, adalah tempat dimana Petrus (Symeon -salah seorang
murid Jesus) dimakamkan. Saat ini, kuburan dari Petrus berada di dalam tanah,
persis dibawah altar utama di antara tiang-tiang penopang kubah Bernini.
Unsur-unsur doktrinal membuat
mereka tetap terpisah: Gereja Katolik dipimpin oleh satu tampuk pimpinan yang
disebut Paus, sementara Gereja Ortodoks menyerahkan kepemimpinan di tangan para
bishop atau patriark (berarti Uskup); pandangan tentang Roh Kudus juga berbeda,
Gereja Ortodoks tetap memberikan kedudukan penting bagi ikon-ikon dalam
pemujaan, para pelayan gerejanya dibolehkan menikah, dan lain-lain.
Kata "Paus"
("Pope") artinya "Bapa" yang diambil dari bahasa Yunani.
Didalam penggunaan bahasa Latin, kata ini lebih menunjukkan rasa hormat. Pada
jaman Reformasi, kaum Protestan tidak setuju dengan istilah yang terkesan eksklusif
tersebut, maka istilah "Paus" lebih sering disebut sebagai
"Uskup Roma" (Bishop of Rome) seperti istilah pertamanya di jaman
awal; Paus adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik dan sekaligus merupakan
Ketua dari Dewan Para Uskup.
Walaupun pada mulanya kota
Yerusalem dianggap sebagai pusat kesucian (karena disana terletak Bait
al-Maqdis), namun sikap permusuhan yang diperlihatkan orang-orang Yahudi
sendiri yang menguasai Yerusalem terhadap hal-hal yang berbau Jesus, mendorong
pemindahan pusat Kristen; mula-mula ke Antiokia, lalu bergeser kekota Roma.
Paus memegang kekuasaan
tertinggi, yang melampaui kekuasaan raja dan ratu. Namun sejak akhir abad
keempat belas mulailah timbul tantangan terhadap kekuasaan Paus yang begitu
besar. Timbullah gerakan reformasi yang dimulai Lollards dan Hussites; gerakan
ini berubah menjadi ancaman serius terhadap supremasi Gereja Katolik ketika
tahun 1617, seorang imam bernama Martin Luther menentang keras penjualan surat
aflat (pengampunan dosa) oleh gereja.
Dia lalu menolak supremasi Paus,
serta menghasut para bangsawan Jerman untuk memberontak dan memisahkan
kekuasaan mereka. Para bangsawan, yang sebelumnya terdisilusi dengan kontrol
oleh Gereja dan Paus, membutuhkan sedikit dorongan dan banyak diantara mereka
segera bergabung dengan Martin Luther serta mendirikan gereja tersendiri,
mereka dikenal sebagai Kristen Protestan (yaitu orang-orang Kristen yang
memprotes).
Seiring dengan perjalanan sang
waktu, hingga kini ada banyak sekali aliran dalam ajaran Trinitas, terlepas
dari semua itu, kontroversi mengenai doktrin Trinitas sendiri sampai sekarang
tidak pernah berhenti dan selesai dari dunia Kristen.
Sehubungan dengan doktrin
Trinitas sendiri, "The Catholic Encyclopedia" mengomentari:
"Dalam naskah alkitab belum terdapat satu istilah pun untuk menyatakan
ke-Tiga Pribadi Tuhan tersebut secara bersama. Kata trias [tri'as]yaitu asal
kata dari trinitas dalam bahasa Latin mula-mula ditemukan dalam karya Teofilus
dari Antiokhia kira-kira tahun 180 M.... Tidak lama kemudian kata itu muncul
dalam bentuk Latinnya dalam tulisan Tertullian." (http://www.newadvent.org/cathen/15047a.htm)
Dan sebagaimana akhir dari
tulisan Bab sebelumnya, maka pada akhir dari Bab inipun akan diberikan
pengantar pemikiran kritis bagi orang-orang yang meyakini ide Trinitas.
Pertama, orang-orang penganut
paham ketuhanan ini berkata: "Tritunggal adalah istilah yang digunakan
untuk menyatakan doktrin utama agama Kristen..." tetapi sayangnya kitab
Perjanjian Lama serta kitab Perjanjian Baru sendiri sebagai kitab sucinya
justru sama sekali tidak pernah menyinggung ide ketuhanan Trinitas ini,
kemunculannya hanyalah disebabkan penafsiran orang atas kata Bapa, Anak, Roh
Kudus serta penafsiran atas beberapa kisah yang pernah terjadi pada masa kehidupan
Jesus.
Bersikukuh bahwa Tritunggal
adalah misteri yang begitu membingungkan karena berasal dari wahyu Tuhan
hanyalah menciptakan problem besar. Sebab dalam kitab Bible yang disebut
sebagai wahyu Tuhan itu sendiri tidak ada pandangan demikian mengenai Tuhan:
"Allah adalah Allah yang
suka akan ketertiban; Ia bukan Allah yang suka pada kekacauan. Seperti yang
berlaku di dalam semua jemaat Allah." (1 Korintus 14:33 Bahasa Indonesia
sehari-hari)
Berangkat dari pernyataan itu,
mungkinkah Allah akan mencetuskan doktrin mengenai diri-Nya sendiri yang begitu
membingungkan sehingga bahkan para cendikiawan dan Teolog dari Ibrani, Yunani,
dan Latin serta Barat yang sarat dengan pemikiran dan ilmu pengetahuannya tidak
dapat menjelaskannya?
Wassalam,