Dan saat Tuhanmu mengeluarkan anak cucu
Adam dari tulang-tulang belakang mereka, dan Dia jadikan mereka saksi atas Nafs
(anfus) mereka : 'Bukankah Aku Tuhan kamu ?' ; Mereka berkata : 'Betul ! kami
menyaksikan.' ; Hal ini agar kamu tidak dapat berkata dihari kiamat : 'Sungguh
kami lalai dari perjanjian ini'. - Qs. 7 al-A'raf : 172
Secara kontekstual ayat ini memang
mengesankan adanya dialog dua arah antara Allah dengan Nafs (atau dalam ayat
ini disebut juga dengan istilah anfus) yang baru akan memasuki kehidupan
duniawinya dirahim seorang ibu. Jika benar bahwa memang ada perjanjian dialam
bawah sadar nun jauh diawal keberadaan kita dahulu kala, maka apakah perjanjian
ini benar berupa dialog antara dua individu yang berbeda ataukah ayat ini hanya
metafora yang dimaksudkan memberi penegasan terhadap hakekat kebenaran ilahiah
?
Kepastian akan hal ini memang menjadi
teka-teki bagi kita karena bagaimanapun kerasnya upaya kita mengingat kemasa
itu sangatlah mustahil, bahkan kita tidak pernah ingat bagaimana pengalaman
kita saat didalam rahim ibu kita selama kurang lebih tujuh bulan pasca
ditiupkan-Nya roh kedalam jasad kita yang masih berupa janin ?
Namun terlepas dari kemisteriusan itu,
menarik bila kita juga mengkaji sebuah ayat yang lain yang menceritakan dialog
yang terjadi antara Tuhan dengan langit saat pertama dibentuk.
Lalu Dia menuju langit yang masih
berupa asap, dan Dia bertanya kepada langit dan bumi : 'Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan rela atau terpaksa ? ; Keduanya menjawab : 'Kami
datang dengan rela !' - Qs. 41 Fushilat : 11
Ayat ini memiliki persamaan konteks
dengan ayat penciptaan manusia yang sudah kita bahas sebelumnya. Diayat ini
kita bisa melihat juga gambaran dialog dua arah bagaikan individu satu dengan
individu lainnya antara Allah dengan langit maupun bumi yang jelas-jelas
disebut masih berupa asap. Mungkinkah asap dapat berbicara ?
Kita kesampingkan dulu semua kemaha
kuasaan Tuhan disini, kita coba untuk tidak mengkambinghitamkan kebesaran Allah
yang bisa menjadikan semuanya dalam kejapan mata berlabel Kun Fayakun. Alam
semesta dijadikan melalui tahapan-tahapan yang panjang, keberadaan manusia
dibumi ini pun melalui suatu rentang sejarah jutaan tahun dan itupun bukan
dengan satu paksaan melainkan proses yang terjadi secara alamiah dimana Adam
melakukan pelanggaran terhadap perintah Allah atas pengaruh setan.
Secara akal sehat asap tidak dapat
berbicara, pun kalau asap bisa berbicara, bagaimana mungkin Allah memberi
ultimatum layaknya seorang tukang todong yang bermaksud memeras harta korbannya
melalui jalan damai tanpa kekerasan sampai pada penganiayaan jika sikorban
menolak menyerahkannya suka rela ?
Begitupula manusia, tidak adil untuk
manusia jika ia diajak berbicara bahkan bersumpah saat kesadaran lahiriahnya
belum lagi timbul. Tidakkah bila kita mengajak anak yang masih berusia dibawah
satu tahun berjanji tentang sesuatu yang dia tidak akan ingat manakala sudah
dewasa adalah suatu perbuatan yang sia-sia ?
Memang kita tidak bisa menyamakan
perbuatan Allah dengan perbuatan manusia, akan tetapi tidak bolehkah kita
berpikir logis sesuai fitrah yang diberikan-Nya sendiri ? Menurut saya, ayat-ayat
semacam ini tergolong kedalam ayat mutasyabihat yang perlu pendalaman dan
pengkajian secara mendalam. Beberapa ayat al-Qur'an lainnya memberikan padanan
yang serupa dengan dua ayat tersebut.
Kemudian setelah itu hati kamu menjadi
keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu
sungguh ada yang terpancar daripadanya beberapa aliran air dan sebagiannya lagi
ada yang terbelah dan keluar air dari dalamnya. Ada pula diantara bebatuan ini
yang runtuh jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lalali
dari apa yang kamu kerjakan. - Qs. 2 al-Baqarah : 74
Tidakkah engkau tahu bahwa Allah,
kepada-Nya beribadah seluruh apa yang ada dilangit dan dibumi termasuk burung
yang mengembangkan sayapnya ? masing-masing mengetahui cara sholat dan
memujinya, dan Allah sangat mengetahui apa yang mereka lakukan. - Qs. 24 an-Nur
: 41
Dan tidakkah mereka lihat sesuatu yang
dijadikan Allah yang bayangannya bergerak kekanan dan kekiri karena sujud
kepada Allah sedangkan mereka itu berserah diri ?. - Qs. 16 an-Nahl : 48
Dan kepada Allah sajalah bersujud apa
yang ada dilangit dan dibumi, dengan rela ataupun dengan terpaksa, termasuk
bayangan mereka diwaktu pagi dan petang. - Qs. 13 ar-Ra'd : 15
Dengan kata lain, dialog yang terjadi
antara Allah dan langit serta bumi, dialog yang terjadi antara Allah dengan
Nafs manusia, sampai pada ibadahnya para burung, batu dan bayangan kepada Allah
bisa kita lihat sebagai pernyataan Allah mengenai ketertundukan seluruh
ciptaan-Nya, mulai dari benda mati sampai benda hidup kepada semua ketentuan
hukum dan keesaan diri-Nya yang asasi, baik secara sadar maupun tidak
disadarinya.
Terjadinya perputaran bumi pada
porosnya, pergerakan awan, lempeng bumi dan pegunungan sampai pada proses
pembuahan ovum oleh sperma adalah contoh dari ketertundukan terhadap
hukum-hukum kausalita yang sudah ditetapkan Allah. Tidak akan ada lagi alasan
bagi kita untuk mengingkari karya besar Tuhan dialam semesta termasuk didiri
kita sendiri, karenanya bagaimana manusia sampai bisa berpaling dan menjadikan
berhala dalam berbagai modelnya selaku Tuhan tandingan ?
Wassalam,