Sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut yang sangat luas, sebenarnya Indonesia sangat unggul dalam hal produksi ikan dan makanan laut. Sayangnya, konsumsi masyarakat akan produk seafood yang kandungan gizinya mencerdaskan sekaligus menyehatkan itu masih rendah.
Menurut data, konsumsi ikan nasional saat ini baru mencapai 19.14 kg per kapita per tahun. Idealnya, kita mengonsumsi 24,0 kg/ kapita/tahun. Bandingkan dengan konsumsi ikan di Jepang yang mencapai 110 kg/kapita, Amerika 80 kg, Singapura 80 kg, serta Malaysia 45 kg. Sebagai negara bahari, jelas kita sangat ketinggalan.
Sampai saat ini posisi Jepang sebagai negara pengonsumsi ikan terbesar di dunia masih tak tergoyahkan. Tak heran bila Negara Matahari Terbit itu unggul dalam berbagai bidang. Umur harapan hidup rata-rata penduduk Jepang saat ini juga menempati posisi tertinggi di dunia, yaitu 76,3 tahun untuk pria dan 82,5 tahun untuk wanita.
Rasanya sudah tak terhitung penemuan ilmiah dari ahli gizi dan kesehatan dunia yang membuktikan ikan dan jenis seafood lainnya sangat baik untuk kesehatan serta kecerdasan manusia. Hal ini disebabkan ikan mengandung 20 protein yang mudah dicerna. "Daya cerna tubuh terhadap ikan lebih dari 90 persen sehingga baik untuk semua kelompok umur," papar Prof.Made Astawan, ahli teknologi pangan dari Institut Pertanian Bogor.
Ikan juga mengandung asam lemak tak jenuh omega-3 jenis asam lemak dokosa heksaenoat (DHA) dan eikosa pentaenooat (EPA) sehingga dapat mencegah segenap penyakit yang berhubungan dengan kolesterol. "Omega 3 telah terbukti mencegah aterosklerosis yang akan mencegah penyakit jantung juga meningkatkan kecerdasan otak dan memperbaiki penglihatan," kata Made.
Kandungan gizi lain yang penting dari ikan dan produk laut adalah vitamin, terutama vitamin A, serta mineral penting seperti zat besi, kalsium, dan iodium. "Iodium sangat mendukung proses tumbuh kembang anak dan juga mencegah penyakit gondok," urainya.